Langganan

Kenang Tragedi Kanjuruhan, Ribuan Orang Nyalakan Lilin di Stadion Manahan Solo

by Candra Septian Bantara  - Espos.id Solopos  -  Selasa, 1 Oktober 2024 - 22:49 WIB

ESPOS.ID - Ribuan orang ikuti aksi doa dan menyalakan lilin bersama untuk korban tragedi Kanjuruhan di area Patung Ir Soekarno, Stadion Manahan, Solo, pada Selasa (1/10/2024) malam.

Esposin, SOLO -- Ribuan orang mengikuti aksi doa dan menyalakan lilin bersama untuk korban tragedi Kanjuruhan di area Patung Ir Soekarno, Stadion Manahan, Solo, Selasa (1/10/2024) malam.

Aksi ini digelar sebagai pengingat dan penyampaian pesan bahwa tragedi kemanusiaan yang merenggut 135 orang dua tahun silam itu harus segera diusut tuntas.

Advertisement

Pantauan Espos, ribuan peserta aksi kompak memakai pakaian serbahitam. Mereka mulai memadati lokasi sejak pukul 19.30 WIB. Peserta yang hadir berasal dari sejumlah elemen suporter Persis Solo, pecinta sepak bola hingga masyarakat dari berbagai kalangan.

Selain membawa lilin, sejumlah peserta juga membawa poster dan baliho berisi tuntutan atau pesan yang mereka siapkan dari rumah. Isi poster atau baliho yang dibawa beragam, seperti "Never Forget 135+", "Usut Tuntas Tragedi Kanjuruhan", "135 Itu Bukan Angka", dan masih banyak lagi.

Advertisement

Selain membawa lilin, sejumlah peserta juga membawa poster dan baliho berisi tuntutan atau pesan yang mereka siapkan dari rumah. Isi poster atau baliho yang dibawa beragam, seperti "Never Forget 135+", "Usut Tuntas Tragedi Kanjuruhan", "135 Itu Bukan Angka", dan masih banyak lagi.

Aksi ini dimulai pukul 20.21 WIB. Adapun inti aksi malam itu adalah menyalakan lilin, mimbar bebas, dan doa bersama. Pada sesi mimbar bebas peserta diberi kebebasan untuk mengekspresikan diri. Ada yang berorasi, berpuisi, hingga mengajak peserta lainnya untuk bernyanyi. 

Salah satu orator menyampaikan bahwa tragedi Kanjuruhan adalah peristiwa kemanusiaan yang seharusnya ditangani secara serius namun sampai sejauh ini belum membuahkan keadilan bagi korban.

Advertisement

Sedangkan orator berikutnya mengingatkan kepada para peserta bahwa tragedi Kanjuruhan adalah momen untuk kembali menguatkan solidaritas antarsuporter. Kemudian untuk mencegah tragedi itu berulang, dia meminta peniadaan gas air mata dalam sepak bola.

"Pengusutan tragedi tersebut hasilnya belum sesuai yang kita harapkan. Oleh karenanya marilah kita rawat solidaritas bersama untuk mendukung dan mengawal para korban untuk memperoleh keadilan. Tidak ada lagi gas air mata dalam sepak bola," kata dia

"No justice no peace!" seru peserta lainnya setelah orasi selesai. Setelah aksi mimbar bebas dilanjutkan sesi doa. Peserta diberi waktu sekitar 2-3 menit untuk hening dan berdoa sesuai dengan cara dan keyakinan masing.

Advertisement

Tuntut Keadilan

Aksi malam itu ditutup dengan menyanyikan lagu Satu Jiwa. Peserta kompak berdiri dan berangkulan satu sama lainnya. Berlangsung selama satu jam, aksi tersebut berjalan tertib dan khidmat. 

Para peserta juga tampak antusias mengikuti setiap sesi yang diselenggarakan. Sebagai informasi, tragedi Kanjuruhan terjadi seusai pertandingan Liga 1 bertajuk derby Jawa Timur mempertemukan Arema FC Malang melawan tim tamu Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022).

Tragedi tersebut bermula dari aksi sejumlah suporter sempat merangsek ke area lapangan seusai laga yang berakhir kekalahan bagi tim tuan rumah dengan skor 2-3.

Advertisement

Kemudian polisi merespons situasi dengan menembakkan gas air mata di dalam stadion dan ke arah tribune penonton. Saat terjadi chaos banyak penonton tidak bisa keluar stadion dan terjebak di dalamnya. Alhasil banyak penonton yang kehabisan oksigen karena berimpitan dan juga terkena dampak akibat menghirup gas air mata.

Tercatat ada 135 orang dari berbagai usia meninggal dalam tragedi kemanusiaan terbesar dalam sejarah sepak bola Indonesia itu. Banyak pihak menilai pengusutan dan penegakan hukum tragedi nahas tersebut belum maksimal.

Bahkan hingga kini banyak keluarga korban yang masih menuntut keadilan atas kematian anak, orang tua, atau saudaranya. Tak hanya itu, seruan pengusutan dan menuntut keadilan tragedi Kanjuruhan ini pin masih menggema di banyak daerah di Indonesia.

Advertisement
Suharsih - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif