Langganan

Hesti Sadtyadi, Guru Besar Pertama di STAB se-Indonesia

by Aris Munandar  - Espos.id Solopos  -  Selasa, 6 Oktober 2020 - 10:05 WIB

ESPOS.ID - Prof. Dr. Hesti Sadtyadi, M.Si. (Istimewa)

Esposin, WONOGIRI -- Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri (STABN) Raden Wijaya Wonogiri mengukuhkan Prof. Dr. Hesti Sadtyadi, M.Si., menjadi Guru Besar Bidang Ilmu Evaluasi Pendidikan. Pengukuhan dilakukan dalam Sidang Senat Terbuka di Aula STABN Wonogiri, Selasa (6/10).

Profesor Hesti merupakan guru besar pertama di kampus tersebut. Bahkan ia tercatat sebagai Guru Besar pertama di lingkungan Dirjen Bimas Buddha Kementerian Agama. Selain itu ia juga tercatat sebagai Guru Besar pertama di STAB di seluruh Indonesia.

Advertisement

Pada pidato ilmiahnya, Prof. Hesti mengangkat tema Refleksi Kinerja Bidang Pendidikan Agama Buddha dalam Upaya Pelaksanaan Tugas yang Optimal. Penelitian itu ia lakukan sebelum dan saat masa pandemi Covid-19.

Wahai Peserta Seleksi CPNS Wonogiri,  Ini yang Harus Dilakukan Setelah Tes SKB

Tantangan yang Dihadapi

Menurut Hesti, proses belajar dan penilaian pada pendidikan Buddha masih banyak kekurangan. Seperti guru mengajar tidak sesuai jadwal dan jumlah kelas terbatas. Hal itu bukan kesalahan guru, namun sarana dan prasarana (Sarpas) yang terbatas. Di sisi lain jumlah siswa Buddha di berbagai tempat juga relatif sedikit.
Advertisement

Ia menambahkan, ketersediaan buku khusus untuk Buddha juga masih sangat terbatas. "Buku cetak khusus pendidikan Buddha untuk SD, SMP dan SMA sangat terbatas. Di toko-toko buku cukup sulit dicari," kata dia kepada Solopos.com di ruang kerjanya, Sabtu (3/10).

Fakta itu, menurut dia, merupakan masalah dalam proses belajar. Selama ini guru dituntut untuk mencapai keberhasilan dalam kinerjanya. Di sisi lain, kelengkapan untuk membantu kesuksesan kinerjanya tidak didukung dengan fasilitas atau sarpras yang memadai.

Kesurupan Hanya Saat Tidur, Pria Wonogiri Ini Lukai Dirinya hingga Ramal Masa Depan

Ia mengatakan permasalahan pembelajaran semakin bertambah di masa pandemi Covid-19. Dalam pembelajaran secara online atau dalam jaringan (daring), banyak siswa yang mengalami kendala saat belajar.
Advertisement

"Kami menilai saat ini pembelajaran dalam kondisi yang tidak terprogram dengan IT. Siswa mungkin punya gadget, tetapi tidak terpenuhi fasilitas pendukungnya, seperti aplikasi Zoom, Google Classmeet dan lain-lain. Jadi gadget itu hanya bisa digunakan untuk sarana komunikasi bukan untuk pembelajaran," tutur dia.

Tawarkan Solusi

Menanggapi fenomena permasalahan pembelajaran sebelum dan saat pandemi Covid-19, melalui penelitian Hesti menawarkan beberapa solusi.

Banyak Pekerja Seni Wonogiri Belum Terima Bansos

Menurut dia, perlu melakukan identifikasi kepada siswa saat belajar secara daring. Seharusnya tidak memaksakan penilaian kepada siswa dengan satu model, tapi harus beberapa model. "Jika salah satu siswa tidak bisa menggunakan satu aplikasi, jangan dipaksakan. Cari metode lain dengan cara memodifikasi beberapa aplikasi. Misal harus dengan call whatsapp ya dilakukan," ujar dia.

Sementara itu, dalam kinerja guru, lanjut dia, perlu ada perhatian seksama dalam meningkatkan mutu pendidikan di semua tingkatan. Kebutuhan dasar dalam proses pelaksanaan pendidikan harus dipenuhi, baik dalam sarana prasarana dan peningkatan mutu pendidikannya. Sehingga tuntutan kinerja optimal bisa terpenuhi.

Dengan dirinya dikukuhkan menjadi guru besar, Hesti berharap bisa menjadikan motivasi bagi dosen STAB seluruh Indonesia untuk meningkatkan potensi menjadi guru besar. Demikian juga dengan sumber daya manusia di Dirjen Bimas Buddha Kemenag.

Gagal Nyabup, Hartono Bentuk KAMI Wonogiri

"Semoga banyak dosen STIB dan SDM Bimas Buddha yang mau mengembangkan potensinya menjadi guru besar. Dan semoga gelar yang saya raih ini bisa bermanfaat untuk masyarakat luas," kata Hesti.
Advertisement
Kaled Hasby Ashshidiqy - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif