by Redaksi - Espos.id Solopos - Sabtu, 19 Juni 2010 - 19:47 WIB
Solo (Espos)--Banyaknya anak-anak jalanan di Kota Bengawan terus menimbulkan problem sosial berkepanjangan. Salah satunya ialah rentannya terserang penyakit seks menular, gizi buruk, serta penyakit kulit dan asma.
Bahkan, salah satu anak jalanan, Aprilianti, warga Nusukan Banjarsri yang masih berusia 14 bulan akhirnya meninggal dunia setelah terserang gizi buruk.
Demikian terungkap dalam acara temu anak-anak jalanan dengan Pemkot Solo di Balaikota, Sabtu (19/6). Sebanyak 150-an anak-anak jalanan, mulai Balita hingga dewasa yang didampingi orangtuanya hadir dan mendapatkan pembinaan.
Anak-anak jalanan itu beranggapan bahwa pekerjaan mengamen dan mengemis di jalan adalah kerja mereka untuk biaya sekolah. Anggapan keliru tersebut langsung diluruskan Sekda Solo, Boedy Soeharto. "Adik-adik kalau mau sekolah, biaya akan digratiskan semuanya. Jadi, salah jika mengemis dan mengamen untuk biaya sekolah," terangnya.
Ketua LSM Rumah Perlindungan Sosial Anak, Mulad, menyebutkan, jumlah anak jalanan di Kota Solo setiap tahunnya terus naik sekitar 20 persen. Jumlah tersebut terhitung mulai Balita hingga remaja yang putus sekolah. "Jumlahnya (anak-anak jalanan-red) terakhir mencapai 140-an. Ada yang asli Solo, ada pula yang eksodus dari luar Solo," paparnya.
Yang memprihatinkan, kata Mulad, selain putus sekolah mereka rupanya sangat rentan terserang penyakit seks menular, gizi buruk, dan penyakit kulit. Bahkan, karena banyaknya remaja-remaja melahirkan anak dari hubungan tak jelas, membuat kesehatan bayi rentan berbagai penyakit karena minimnya perawatan dan pengetahun akan kesehatan. "Satu di antaranya telah meninggal dunia beberapa hari lalu karena serangan gizi buruk," paparnya.
asa