Langganan

Etik Suryani Sukses Ajak Generasi Milenial Sukoharjo Bertani

by R Bony Eko Wicaksono  - Espos.id Solopos  -  Sabtu, 28 September 2024 - 18:35 WIB

ESPOS.ID - Salah satu petani milenial Sukoharjo beraktivitas di lahan pertanian sawi miliknya, beberapa waktu lalu. (Istimewa)

Esposin, SUKOHARJO-Upaya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukoharjo dalam meregenerasi petani mulai membuahkan hasil. Sejak Program Gerakan Membangunan Petani Milenial (Gerbang Tami) pada 2022, jumlah petani dari kalangan muda atau petani milenial kini sudah hampir 3.000 orang.

Upaya melahirkan petani-petani muda terus digenjot Etik Suryani jika nanti memenangi Pilkada Sukoharjo 2024. Sebagai informasi, Etik merupakan Bupati Sukoharjo yang menjabat sejak 2021 lalu. Saat ini perempuan berjilbab tersebut sedang cuti dari kedinasan sebagai bupati untuk menjalani kampanye pilkada. Dia merupakan calon kepala daerah tunggal.

Advertisement

Indonesia mengalami krisis petani sejak beberapa tahun terakhir. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut jumlah petani pada tahun 2019 mencapai 33,4 juta orang. Dari jumlah tersebut, petani muda di Indonesia yang berusia 20-39 tahun hanya 8% atau setara dengan 2,7 juta orang. Sekitar 30,4 juta orang atau 91% berusia di atas 40 tahun dengan mayoritas usia mendekati 50-60 tahun. Kondisi ini diperparah dengan penurunan jumlah regenerasi petani muda. Dalam data yang sama periode 2017 ke 2018, penurunan jumlah petani muda mencapai 415.789 orang.

Setiap daerah di Tanah Air dituntut berperan aktif mengatasi masalah tersebut dengan melahirkan petani muda. Etik Suryani selama menjabat sebagai bupati merespons cepat dengan menerbitkan Peraturan Bupati (Perbup) No. 22/2022 tentang Pedoman Pembinaan Petani Milenial dan membuat Program Gerbang Tami pada tahun kedua kepemimpinannya.

Advertisement

Setiap daerah di Tanah Air dituntut berperan aktif mengatasi masalah tersebut dengan melahirkan petani muda. Etik Suryani selama menjabat sebagai bupati merespons cepat dengan menerbitkan Peraturan Bupati (Perbup) No. 22/2022 tentang Pedoman Pembinaan Petani Milenial dan membuat Program Gerbang Tami pada tahun kedua kepemimpinannya.

Melalui program itu generasi milenial didorong mengembangkan usaha pertanian, perikanan, maupun peternakan. Dalam pertanian padi, mereka dikenalkan dengan proses bercocok tanam, mulai dari mengolah sawah hingga memasarkan hasil panen. Mereka juga bisa belajar mengenai pengembangan agrowisata dengan mengombinasikan pertanian dan wisata.

Berkat inovasi program Gerbang Tami, Etik menyabet penghargaan Tanda Kehormatan Satyalancana Wira Karya dari Presiden Joko Widodo pada 2023. Penghargaan ini merupakan buah dari upaya dan langkah Pemkab Sukoharjo dalam meningkatkan produksi padi, menjaga surplus padi, dan mewujudkan ketahanan pangan nasional. Terbaru, Sukoharjo mendapatkan penghargaan dari Kementerian Pertanian sebagai daerah dengan produktivitas tertinggi kedua secara nasional, Agustus 2024 lalu.

Advertisement

“Petani menjadi ujung tombak ketahanan pangan nasional dan daerah. Pesan saya, para petani milenial lebih maksimal dalam mengembangkan usaha tani. Sehingga, berkontribusi besar mewujudkan swasembada pangan,” kata Etik, beberapa waktu lalu.

Selain diberi pemahaman, petani muda yang sudah tergabung dalam komunitas juga dilatih mengoperasikan drone untuk pemupukan dan penyemprotan hama. Pelatihan itu diikuti puluhan petani milenial, tahun ini. Pemkab memiliki beberapa drone yang dapat digunakan untuk pemupukan dan penyemprotan sesuai permintaan petani. Para petani muda yang dilatih diharapkan ke depan bisa menjadi operator drone tersebut.

Tak berhenti hanya pada Gerbang Tami, Pemkab Sukoharjo juga merealisasikan Program Sinergitas Pembinaan Petani Milenial untuk Meningkatkan Produksi Pertanian (Sibinatani Mapan).

Advertisement

Kepala DPP Sukoharjo, Bagas Windaryatno, mengatakan saat peluncuran Program Gerbang Tami, anak muda yang berminat menekuni usaha tani belum begitu banyak. Mereka khawatir usaha tani yang dijalankan berhenti di tengah jalan. Melihat kondisi itu Pemkab mengambil langkah strategis untuk membangkitkan minat anak muda di sektor pertanian. Pemerintah memfasilitasi pembentukan kelompok taruna tani yang beranggotakan para pemuda yang memiliki minat dalam mengembangkan pertanian.

"Di era modern, butuh teknologi dalam pemasaran produk-produk pertanian. Para anggota kelompok taruna tani bisa merintis memasarkan produk pertanian dengan memanfaatkan teknologi informasi," kata dia, pekan lalu.

Kalangan anak muda bisa mengekplorasi minatnya dengan kegiatan budi daya tanaman atau perikanan. Mereka mendapatkan penghasilan saat masa panen. Hal ini bisa ditularkan kepada para pemuda lainnya sehingga mereka juga berminat terjun ke sektor pertanian.

Advertisement

"Ada stigma pertanian itu kotor, pekerjaan yang melelahkan, dan tidak menguntungkan. Ini yang harus dihilangkan agar para pemuda bisa ikut serta menjadi garda dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Para petani milenial bergabung dengan petani lain dalam kelompok tani. Mereka berkolaborasi menerapkan pertanian modern dengan peralatan berteknologi canggih seperti drone untuk menggarap sawah," papar dia.

Lambat laun, jumlah petani milenial yang tersebar di 12 kecamatan terus bertambah. Hingga kini, jumlah petani milenial di Kabupaten Jamu hampir 3.000 orang. Mereka berkolaborasi dengan kelompok tani atau gabungan kelompok tani untuk mengoptimalkan alat dan mesin pertanian (alsistan) dengan menerapkan mekanisasi pertanian modern.

“Surplus padi di Sukoharjo pada 2023 sebanyak 138.000 ton. Ini yang perlu dijaga, kalau bisa ditingkatkan dengan potensi pertanian di Sukoharjo,” urai Bagas.

Sementara itu, seorang petani milenial asal Desa Sanggang, Kecamatan Bulu, Janu Hari Setiawan, mengatakan para anak muda di Desa Sanggang diberdayakan untuk menggarap budi daya durian dan alpukat. Mereka menanam beragam jenis bibit pohon durian seperti montong, bawor, dan musangking.

Guna memperluas pangsa pasar, para petani milenial telah mengefektifkan jual-beli secara digital. “Usaha budi daya alpukat dan durian dirintis sebelum masa pandemi Covid-19. Semula, didampingi petugas penyuluh lapangan [PPL] pertanian saat menggarap budi daya alpukat dan durian. Saya mengajak anak muda lain terjun menekuni usaha tani. Keuntungan yang didapat cukup besar. Jadi, tak perlu takut kotor atau panas karena usaha tani memiliki prospek cerah,” ujar dia.


Advertisement
Astrid Prihatini WD - I am a journalist who loves traveling, healthy lifestyle and doing yoga.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif