Langganan

Digawangi Petani Milenial, Desa Bogem Klaten Budi Dayakan Melon Premium

by Taufiq Sidik Prakoso  - Espos.id Solopos  -  Selasa, 1 Oktober 2024 - 07:17 WIB

ESPOS.ID - Pengelola memetik melon di green house Desa Bogem, Kecamatan Bayat, Klaten, Senin (30/9/2024). Pemdes Bogem menggandeng petani milenial setempat untuk budi daya melon memanfaatkan lahan kas desa yang selama ini tidak produktif.

Esposin, KLATEN – Pemerintah Desa Bogem, Kecamatan Bayat, Klaten, tak tinggal diam melihat adanya lahan yang tidak produktif. Melalui Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Ngudi Raharja, warga setempat digerakkan membudidayakan melon menggunakan green house. Pengelolaan green house itu digawangi petani milenial yang ada di desa setempat.

Melon hasil panen di Bogem berkualitas premium dan mengisi rak toko modern serta supermarket di berbagai daerah. Pengembangan green house untuk budi daya melon itu sudah dilakukan sejak 2022. Ada empat green house yang dibangun di lahan kas desa yang tandus. Sebanyak tiga green house untuk budi daya melon dan satu green house untuk budi daya anggur. Pilihan budi daya melalui green house dan sistem hidroponik untuk menyiasati kondisi lahan yang tidak subur. Sementara itu, proses penyerbukan memanfaatkan lebah yang dimasukkan ke green house

Advertisement

Budi daya melon menggunakan green house berkaca pada kesuksesan salah satu pemuda desa setempat. Seorang pemuda desa tersebut lebih dulu membangun green house secara mandiri sepulang merantau pada 2021. Pemuda itu lantas digandeng desa untuk mengembangkan budi daya yang sama di lahan kas desa.

Salah satu pengelola green house di Desa Bogem, Geri, mengatakan varietas melon yang ditanam setiap musimnya berbeda. Seperti varietas Fujisawa, Wakatobi, Honey Globe serta Sweet Lavender. Varietas yang tanam menghasilkan melon premium. Masa tanam hingga panen melon antara 60 hari hingga 70 hari. Hasil panen melon dipasarkan ke berbagai daerah seperti Jakarta, Bandung, serta Semarang.

Advertisement

“Setiap green house ada 1.200 tanaman. Hasil panen setiap green house mencapai 1,2 ton hingga 1,3 ton,” kata Geri saat ditemui di lokasi budi daya melon Desa Bogem, Senin (30/9/2024). Geri menjelaskan ada tiga orang yang mengelola greenhouse tersebut dan seluruhnya petani milenial dengan usia 30an tahun. Mereka mengelola budi daya itu mulai dari penyemaian, pengamatan, polinasi atau penyerbukan, panen, hingga pemasaran. 

Dalam setiap musim tanam, pengelola menggandeng warga sekitar. Biasanya sekitar sembilan warga ikut dilibatkan ketika tanaman mulai memasuki usia 30-35 hari untuk membantu mengamati dan menata perambatan tanaman. Geri mengungkapkan pemuda yang terlibat dalam budi daya melon sebelumnya merantau dengan berbagai pekerjaan. Dia sendiri sebelumnya bekerja sebagai pedagang di luar kota.

Advertisement

Kenapa yang dipilih budi daya melon, Geri menyebut peluang pasar masih terbuka lebar. “Permintaan masih kurang-kurang dan belum bisa memenuhi kebutuhan pasar,” kata Geri. Pengelola lainnya, Gono, menjelaskan harga melon di pasaran hasil budi daya petani milenial Bogem antara Rp60.000 sampai Rp80.000 per kilogram (kg). Hal itu menyusul melon premium hasil budaya di dalam green house itu berkualitas premium dan kini mengisi supermarket dan toko modern di beberapa wilayah.

Gono mengungkapkan pengembangan green house untuk budi daya melon mulai dirasakan dampaknya. Budi daya itu menjadi tempat pemberdayaan setempat sekaligus mengurangi angka pengangguran. “Dampaknya sudah terasa. Desa lebih maju, masyarakat yang tidak punya pekerjaan terbantu. Istilahnya mengurangi pengangguran,” jelas Gono. Selain menjadi tempat budi daya, Gono mengungkapkan green house menjadi tempat edukasi. Tamu dari berbagai daerah berdatangan ke Bogem untuk belajar terkait pengembangan agrowisata di desa setempat.

Advertisement
R. Bambang Aris Sasangka - journalist, history and military enthusiast, journalist competency assessor and trainer
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif