by Mariyana Ricky P.d - Espos.id Solopos - Selasa, 22 Desember 2020 - 18:39 WIB
Esposin, SOLO -- Sebanyak 40 pegawai Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah atau BPPKAD Kota Solo menjalani rapid test antigen, belum lama ini.
Dari 40 pegawai itu, tiga orang hasilnya reaktif. Mereka selanjutnya menjalani swab pengambilan sampel untuk diuji di laboratorium. Sambil menunggu hasil tes swab, ketiga pegawai itu menjalani isolasi mandiri.
Kepala BPPKAD Solo, Yosca Herman Soedradjad, mengatakan rapid test antigen bagi 40 pegawai itu merupakan tracing kontak lapis kedua. Ia menceritakan ada istri salah satu pegawai yang terkonfirmasi positif Covid-19. Suaminya kemudian tertular.
Wajib Rapid Test Antigen, 5% Penumpang KA Daops VI Yogyakarta Pilih Batal Berangkat
Wajib Rapid Test Antigen, 5% Penumpang KA Daops VI Yogyakarta Pilih Batal Berangkat
"Makanya kami tracing awal dulu dengan menguji cepat 40 pegawai. Hasilnya, tiga orang reaktif yang kemudian uji swab oleh petugas puskesmas. Selagi mereka menunggu hasil uji swab, kami minta mereka karantina mandiri di rumah. Pekerjaan ditinggalkan dulu sampai sembuh kembali,” katanya kepada Esposin melalui telepon, Selasa (22/12/2020).
Herman, sapaan akrabnya, mengatakan tidak melakukan lockdown lingkungan kantor mengingat banyaknya beban pekerjaan pegawai BPPKAD. Tracing awal dengan rapid test antigen ia harapkan bisa menekan persebaran virus SARS CoV-2 lebih cepat.
Ini Daftar 6 Menteri Baru Kabinet Indonesia Maju Pimpinan Presiden Jokowi
“Kami belum ada rencana WFH karena sangat tidak efektif. Malah seperti cuti. Klaster kantor yang baru-baru ini muncul kan sumbernya dari luar,” katanya, Selasa.
Ahyani meminta para pegawai lingkungan perkantoran tetap menerapkan protokol kesehatan guna menekan persebaran virus penyebab Covid-19. Mereka wajib melakukan 4M yakni memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak dan menghindari kerumunan.
Ganggu Proyek Gerbang Tol, Bangunan Di Sambungmacan Sragen Dibongkar Paksa
“Meski dalam ruangan, masker tetap harus dipakai. Kita tidak tahu siapa yang membawa virus itu. Sesama rekan kerja pun harus waspada,” tandasnya.
Soal absen finger print, Ahyani menyebut bukan media penularan. Hal itu karena dekat mesin sudah ada hand sanitizer untuk digunakan sebelum dan sesudah absen. Absen tersebut penting lantaran menjadi dasar pemberian tunjangan.
“Memang ada yang minta agar absen finger print ditiadakan, tapi kami enggak mau ini dimanfaatkan oleh pegawai yang nakal,” tutupnya.