by Siti Nur Azizah - Espos.id Solopos - Rabu, 13 April 2022 - 17:14 WIB
Esposin, SOLO -- Harta berharga berupa ratusan koleksi manuskrip kuno di perpustakaan Masjid Agung Keraton Solo terancam punah. Manuskrip itu berisi informasi sejarah Keraton Solo, hukum-hukum islam, kitab kuning, serta buku-buku tentang sejarah peradaban Islam.
Sekretaris Masjid Agung Solo, Abdul Basid Rochmad, berharap adanya digitalisasi untuk melindungi naskah-naskah tua itu. Naskah-naskah kuno berada di Perpustakaan Masjid Agung Solo.
Hingga saat itu, Selasa (12/4/2022) perpustakaan masih dikunjungi beberapa orang. “Tadi saya sempat ngecek di perpustakaan, masih ada tiga empat orang yang masih berkunjung,” ungkapnya saat ditemui Esposin di Kantor Tata Usaha Masjid Agung Solo, Selasa.
Baca Juga: Cara Kerja Istiwa, Jam Kuno Penanda Waktu Salat di Masjid Agung Solo
Basid menambahkan rata-rata pengunjung yang datang dari kalangan pelajar dan mahasiswa untuk penelitian serta beberapa pengunjung yang tertarik dengan benda bersejarah. Manuskrip kuno di Perpustakaan Masjid Agung Solo itu ditulis dengan aksara Pegon.
Aksara ini merujuk pada sistem aksara Arab yang digunakan untuk menulis teks berbahasa Jawa. Pegon hampir sejenis dengan aksara Jawi yang digunakan untuk menulis teks berbahasa Melayu.
Berdasarkan catatan Esposin, takmir Masjid Agung Solo dibantu Perpusnas yang menerjunkan tim pernah merestorasi naskah kuno koleksi Masjid Agung pada 2015 silam.
Baca Juga: Perpustakaan Masjid Agung Solo Jadi Alternatif Ngabuburit saat Ramadan
Berdasarkan informasi yang dihimpun oleh Esposin, beberapa mahasiswa sudah melakukan penelitian tentang naskah dan manuskrip kuno di Masjid Agung Solo. Salah satu artikel berjudul Pelestarian Naskah Kuno di Masjid Agung Surakarta oleh Tri Waluyo dkk.
Ada juga tulisan Zulfa Nur Hidayati berjudul Upaya Yang Dilakukan Perpustakaan terhadap Preservasi dan Konservasi Naskah Kuno di Perpustakaan Masjid Agung Surakarta.
Baca Juga: 2 Tahun Vakum, Masjid Agung Solo Kembali Gelar Buka Puasa Bersama
Salah satu petugas perpustakaan Masjid Agung Solo, Syahrani, mengatakan akses ke manuskrip kuno itu dibatasi dengan tujuan perlindungan. Ia pun berharap dengan adanya penelitian-penelitian tersebut pemerintah dapat memberikan perhatian khusus untuk perawatan dan digitalisasi naskah kuno di Masjid Agung.
“Ada puluhan naskah yang tidak terselamatkan, karena sudah usang, dan tidak ada digitalisasi. Harapannya agar ada bantuan SDM ahli dari pihak luar untuk merawat benda kuno ini,” ungkapnya.