by Chrisna Chanis Cara Jibi Solopos - Espos.id Solopos - Jumat, 1 April 2016 - 21:15 WIB
Esposin, SOLO--DPRD Solo mewanti-wanti SMA/SMK se-Solo tidak menghalangi siswa mengikuti Ujian Nasional (UN) meski belum melunasi biaya pendidikan. Pasalnya, legislator mencium indikasi penahanan kartu ujian anak yang belum melunasi SPP dan biaya lain.
Hal itu disampaikan Wakil Ketua Komisi IV DPRD, Paulus Haryoto, seusai sidak kesiapan pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di SMAN 8, Mojosongo, Jebres, Jumat (1/4/2016). Menurut Paulus, masalah sekolah menahan kartu ujian anak hampir selalu ada di setiap UN. Tahun ini dia mendengar ada sebuah sekolah yang menghambat siswa mengikuti UN karena belum melunasi SPP.
“Masalah klasik seperti ini sangat disayangkan kalau terus berulang. Kami minta sekolah, baik negeri maupun swasta, untuk tidak menghambat siswa mengikuti ujian,” ujarnya.
Paulus mengatakan pemberian kartu ujian pada hari-H pelaksanaan UN juga merupakan bentuk diskriminasi yang sering ditemui. Pihaknya meminta sekolah tidak main-main dengan hak siswa mengikuti ujian. Menurut Paulus, masalah kekurangan biaya sekolah menjadi tanggung jawab orang tua murid. “Jangan rusak psikologis anak dengan menakut-nakuti tidak bisa ikut UN,” tutur politikus PDI Perjuangan (PDIP) tersebut.
Paulus meminta orang tua murid proaktif melapor ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga atau DPRD jika mengalami diskriminasi pendidikan. Pihaknya bakal menindak tegas sekolah yang nekat menghalangi siswa mengikuti ujian. “Akan ada koreksi bagi sekolah tersebut,” kata Paulus.
Sementara itu, Komisi IV menggelar sidak di SMAN 1, SMAN 2, SMAN 4, SMAN 5 dan SMAN 8 yang akan melaksanakan UNBK pekan depan. Dalam sidak, hampir semua sekolah telah menyiapkan infrastruktur pendukung ujian seperti komputer, server hingga genset. Hanya SMAN 2 yang belum memiliki genset sebagai antisipasi jika ada pemadaman listrik. “Tadi kami imbau agar segera menyiapkan genset. Pihak sekolah sudah menyanggupi,” ujar Ketua Komisi IV, Hartanti.
Adapun di SMAN 8 terdapat tiga anak berkebutuhan khusus (ABK) yang akan menjalani UN. Dua siswa di antaranya akan mengikuti UN berbasis kertas karena menyandang tuna netra dan low vision. Seorang siswa low vision, Yoga Eko Aji, mengaku siap mengikuti UN. “Sudah belajar cukup,” ujar Juara II Olimpiade Matematika tingkat nasional itu.
Kepala SMAN 8, E.P. Agustina, mengatakan sejumlah ABK sempat mencoba UN berbasis komputer saat try out. Namun penglihatan mereka tidak kuat menerima cahaya dari komputer. “Nanti dua anak yang mengikuti ujian tulis akan didampingi petugas,” ucapnya.