Langganan

Viral Pemuda Tawuran di Boyolali, Pengamat Ingatkan Peran Penting Orang Tua - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Nimatul Faizah  - Espos.id Solopos  -  Jumat, 20 September 2024 - 15:17 WIB

ESPOS.ID - Foto tangkapan layar rekaman video yang diduga aksi tawuran oleh sekelompok remaja di jalan raya Solo-Semarang, Mulyosari, Winong, Boyolali, Kamis (19/9/2024) pagi.

Esposin, BOYOLALI - Video yang menunjukkan kelompok pemuda yang melakukan aksi kekerasan dan diduga terjadi di jalan raya Solo-Semarang, Winong, Boyolali pada Kamis (19/9/2024), menarik perhatian sekaligus memicu kecemasan masyarakat. Pengamat yang juga Ketua Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Boyolali, Nuri Rinawati, mengingatkan pentingnya peran orang tua dalam mencegah kenakalan remaja tersebut.

Kenakalan remaja yang terjadi di Boyolali tak hanya terkait tawuran. Kasus kenakalan remaja yang membuat mereka harus berhadapan dengan hukum juga terjadi di Boyolali. Tercatat, dua pesilat anak LAR, 16, dan RP, 16, menjadi terpidana kasus penganiayaan remaja Ngemplak, Aan Henky Damai Setianto, yang mengakibatkan ia meninggal dunia akhir Juli 2024 lalu. LAR dijatuhi pidana 4 tahun sedangkan RP 3,5 tahun. Sebelumnya, Kejaksaan Negeri (Kejari) Boyolali juga mencatat pada 1 Januari-17 Juli 2024, angka kasus anak berhadapan dengan hukum (ABH) di Boyolali cukup tinggi, yakni mencapai 30% dari sekitar 130 perkara yang ditangani. ABH terbagi menjadi anak sebagai pelaku dan anak sebagai korban.

Advertisement

Nuri mengatakan tersangka anak atau remaja berada di usia yang membutuhkan pengakuan tapi dengan cara yang salah. Ia menjelaskan rata-rata pelaku kenakalan remaja ingin dilihat kuat, hebat, dan diakui. "Kadang kalau mereka ada kelompok, mereka seperti ada tantangan semisal kalau kamu bisa melukai orang berarti kamu hebat. Sebetulnya hal tersebut pemikiran yang salah, tapi karena mindset di lingkungan pergaulannya seperti itu ya tetap dilakukan," ujar dia saat dihubungi espos.id, Jumat (20/9/2024).

Rata-rata kejadian kenakalan remaja yang disorot Nuri, salah satunya tawuran, terjadi malam hari. Sehingga, Nuri menekankan pentingnya kewaspadaan orang tua. Sehingga, orang tua diminta mengecek keberadaan anaknya saat malam hari. Ia menilai kenakalan remaja bisa dicegah dengan cara meningkatkan intensitas kedekatan orang tua dengan anak. Hubungan kedekatan anak-orang tua yang positif akan mencegah perilaku negatif.

Nuri mengatakan saat ini banyak orang tua yang bekerja. Menurutnya tidak salah orang tua bekerja, akan tetapi ia menekankan agar orang tua tidak lupa akan anak dan tetap hadir di hati anak. Menurutnya, orang tua memiliki tanggung jawab untuk membesarkan tidak hanya fisik tapi juga mendampingi psikologisnya.

Advertisement

Ia menjelaskan sering anak merasa orang tua tidak hadir di hatinya. "Jangan sekadar menyalahkan anak ketika sesuatu terjadi, tapi bisa intropeksi diri ketika sang anak nakal," ujar dia. Yang Nuri maksud orang tua hadir di hati anak bukan berarti harus meluangkan waktu 24 jam kepada anak. Akan tetapi orang tua memberikan perhatian, kedekatan, kehangatan, penerimaan, dan kasih sayang dalam keluarga.

Nuri pernah membagikan pertanyaan random ke anak Boyolali usia 13-14 tahun soal kenangan terindah dengan orang tua yang paling diingat. "Jawabannya tidak disangka orang tua, ada yang menjawab saat ibu libur bekerja, dia diajak ikut ke pasar. Lalu, ada yang saat hujan tiba-tiba dijemput orang tua memakai payung. Ada juga, saat disuruh mencuci sepatu dan kaus kaki lalu bapak mencuci sepeda motor, bisa mengobrol di sana, bercanda. Begitu, ini kan nonmateri semua," jelasnya.

Dari jawaban tersebut, Nuri menyimpulkan bahwa yang dibutuhkan anak adalah kedekatan dan perhatian orang tuanya. Menurutnya, kebanyakan orang tua tidak berpikir hal sederhana dapat berkesan dan menempel lama di pikiran anak. Sehingga, ia menekankan pentingnya orang tua membangun kedekatan dan kualitas hubungan dengan anak dalam satu keluarga. "Jangan ada orang tua [secara fisik] tapi tidak hadir di hati anak-anak," jelas dia.

Advertisement

Ia juga menyarankan orang tua bisa hadir di hati anak agar kualitas kedekatan keluar lebih baik. Sehingga, anak bisa nyaman berada di rumah dan memberikan ruang aman bagi mereka. “Dikhawatirkan kalau ada masalah larinya ke teman atau orang yang salah, justru bisa menjadi masalah baru yang lebih besar. Lingkungan juga harus mendukung orang tua atau keluarga dalam pengasuhan anak,” kata dia.


Advertisement
R. Bambang Aris Sasangka - journalist, history and military enthusiast, journalist competency assessor and trainer
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif