by Ivan Andmuhtarom Jibi Solopos - Espos.id Solopos - Selasa, 1 Maret 2016 - 14:25 WIB
Esposin, SOLO - SOLO-Pasar ritel dari Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) di Solo belum tergarap maksimal selama Solo Great Sale (SGS) 2016. Hal itu menjadi catatan bagi panitia untuk acara SGS tahun depan.
Ketua Association of The Indonesian Tours And Travel Agencies (Asita) Solo, Daryono, transaksi SGS masih didominisi oleh barang elektronik dan otomotif. Sedangkan transaksi ritel termasuk ritel untuk UKM, industri kecil maupun kuliner masih jauh dari harapan.
“Kami berharap bisa ke sana [menggalakkan transaksi ritel]. Itulah yang bisa membedakan penyelenggaraan SGS dibanding great sale di kota-kota besar,” ujarnya kepada wartawan, Senin (29/2/2016).
Menurut Ketua II SGS 2016 itu, Kamar Dagang Indonesia (Kadin) sebagai panitia, SGS diharapkan mampu menggerakkan ekonomi secara keseluruhan. Tapi kalau dilihat dari sisi pariwisata, parameternya adalah kenaikan jumlah kunjungan.
“Banyak atau tidaknya jumlah kunjungan bisa dilihat dari load factor pesawat dan okupansi hotel,” terangnya.
Solo memiliki potensi besar yang belum tergarap maksimal selama dua kali SGS. Di Solo, ada Kampung Batik Laweyan dan Kampung Batik Kauman. Ada juga Kampung Kerajinan. Solo memiliki karakteristik berbeda dibanding daerah lain karena Solo adalah produsen batik dan kerajinan itu.
“Kota besar kan enggak ada kampung batik, kampung kerajinan, enggak ada. Kalau kita penghasil, produsen. Jakarta itu trader, Surabaya juga trader. Mereka jualan dan kita produsen,” katanya.
Ia berandai-andai, jika transaksi ritel terangkat, hal itu diharapkan akan memberikan dampak signifikan terhadap seluruh sektor perekonomian di Kota Solo. Namun, evaluasi panitia belum selesai.
Menurutnya, event-event sejenis SGS seperti Surabaya Shopping Festival, Jakarta Great Sale, Semarang Great Sale didominasi pengunjung domestik. Ke depan, panitia bisa memanfaatkan direct plane seperti dari Malaysia dan Singapura agar turis-turis luar negeri bisa datang ke SGS, menggunakan jasa hotel dan berbelanja di merchant SGS.
“Tourism berkaitan dengan shopping dan kuliner. Karakternya harus kuat. Ini baru tahun kedua, semestinya pada tahun ke-3 diharapkan mulai ramai. Tahun ini kami sudah punya data. Data tersebut bisa menjadi bahan evaluasi penitia untuk pengembangan SGS ke depan. Meski banyak data yang memang tidak terekap,” tutur dia.