by Taufiq Sidik Jibi Solopos - Espos.id Solopos - Minggu, 30 Desember 2012 - 23:54 WIB
Selain wayang kulit, Sekaten identik dengan suguhan mainan tradisional lainnya seperti alat memasak berbahan tanah liat atau alat gamelan berukuran kecil. Tak ketinggalan, kapal otok-otok pun tampak dijajakan pedagang hampir di setiap pintu masuk menuju Alun-Alun Utara.
Kapal otok-otok merupakan salah satu mainan tradisional yang hampir dijual setiap Sekaten ataupun acara pasar malam digelar. Meski model dan cara memainkannya tak pernah berubah, namun kapal itu tak pernah sepi peminat.
Hal itu diakui salah satu pedagang, Edy, 46. Pria asal Cirebon, Jawa Barat itu mengaku dalam sehari dirinya bisa menjual sekitar 20 kapal dengan harga Rp7.000-Rp12.000/mainan. “Hampir disetiap acara pasar malam saya pasti jualan kapal seperti ini. Peminatnya masih banyak. Kadang sampai 50 kapal terjual setiap harinya,” kata pria yang mengaku pernah sampai ke Lombok untuk jualan kapal otok-otok kepada Esposin, Minggu (30/12/2012).
Ditanya cara memainkan kapal itu, Edy menegaskan tak pernah berubah sejak dulu hingga kini. “Pakai baskom berisi air, bagian bawah kapal berupa dua lubang kecil diisi air dulu terus dimasukkan kapas yang sudah dibakar ke dalam kapal. Sudah, kapal bisa jalan,” ungkapnya.
Edy merasa bersyukur masih banyaknya minat anak-anak terhadap mainan yang dijualnya di saat banyak mainan modern dari Cina masuk ke Indonesia. “Saya punya anak dua, satu SMP satunya lagi SMA. Ya melalui ini saya bisa menyekolahkan mereka,” kata dia.