by (inas Nur Rasyidah Jibi Solopos) - Espos.id Solopos - Senin, 17 Februari 2014 - 16:28 WIB
“Atap kandang ditutup, juga ditambah lampu untuk pemanas. Tidak ada perlakuan khusus lain karena kandang memang sudah rutin dibersihkan setiap hari,” ujar dia ketika dijumpai espos.id, Senin (17/2/2014). Menurutnya, ada pula tambahan pasir di kandang unta agar lebih nyaman untuk tidur.
Ia menjelaskan bayi unta belum memiliki nama sampai saat ini. Menurut dia, nama anggota baru TSTJ biasanya disayembarakan dengan membagikan brosur ke pelanggan. Selain itu, bisa juga menyesuaikan dengan peristiwa yang bertepatan saat kelahiran.
“Dulu ada yang dinamai Euro karena bertepatan dengan final Euro, ada juga Manohara karena saat itu sedang booming. Kalau sekarang sedang menunggu keputusan Pak Direktur [Direktur TSTJ]. Kadang Pak Wali [Wali Kota] juga memberi nama,” paparnya.
Ia mengaku belum mengetahui rencana nama untuk bayi unta yang lahir bersamaan dengan erupsi Gunung Kelud.
Dijelaskan dr. Nur Aini, anggota baru TSTJ lahir dengan proses normal. “Setelah lahir, induknya kami beri injeksi antibiotik supaya tidak ada infeksi dan diberi kalsium agar menyusui dengan lancar,” terang dia.
Terpisah, keeper unta TSTJ, Sukidi mengaku anggota baru TSTJ tersebut merupakan anak dari unta betina yang bernama Jessy dan unta jantan yang diberi nama Fery. “Jessy usianya 20 tahun, sedangkan Fery berusia 24 tahun. Semua unta sekarang jumlahnya tujuh ekor,” ujar pria yang telah bekerja di TSTJ selama 13 tahun tersebut.
Sukidi pun memberi makanan tambahan pada induk unta berupa kacang tanah dan wortel. “Supaya air susunya banyak dan tambah vitamin,” jelas dia. Ia merasa senang dengan kehadiran bayi unta sebagai anggota baru TSTJ.
Sukidi berencana menambahkan lampu untuk menghangatkan bayi unta. “Dulu pernah ada satu bayi unta yang meninggal karena cuaca terlalu dingin. Satu bulan hujan terus,” ujarnya.