by Trianto Hery Suryono Jibi Solopos - Espos.id Solopos - Rabu, 3 September 2014 - 04:45 WIB
Informasi yang diperoleh Esposin, Selasa (2/9/2014), pondok pesantren tersebut akan didirikan oleh Yayasan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (YDDII) Wonogiri. Ada 19 warga yang menolak pembangunan pondok pesantren tersebut. Tidak ada alasan yang jelas terkait penolakan pendirian pondok pesantren di Joho atau belakang gedung MTsN 1 Wonogiri tersebut.
Pengelola YDDII Wonogiri, Rosyid Ridlo, mengakui adanya penolakan dari warga tersebut. “Kami juga bingung di poin pertama menyatakan setuju pendirian tetapi di poin kedua ditulis jangan di lokasi tersebut [belakang MTsN 1 Wonogiri]. Untuk itu, kami segera melakukan pendekatan dan sosialisasi kepada warga,” ujarnya.
Setelah itu, pihak yayasan akan mengikuti prosedur pendirian pondok pesantren. Dia mengatakan, saat ini, Ponpes Baitul Quran di Joho sudah mendapatkan 22 santri yang dititipkan di wilayah Wonokarto.
Anak Yatim Rosyid menjelaskan, pondok pesantren berkapasitas 100 santri itu akan menampung keluarga kaum dhuafa dan anak yatim. Lahan calon pondok seluas 1.950 meter persegi itu merupakan wakaf dari dermawan di Wonogiri.
Ponpes Baitul Quran sejatinya sudah berdiri di empat lokasi, yaitu Slogohimo, Sidoharjo, Ngadirojo, dan Pokoh Wonogiri. “Setiap kegiatan pondok, kami pasti mengundang pejabat seperti Bupati, Kapolres dan Dandim. Tidak ada yang kami tutup-tutupi dalam pembelajaran. Sehingga warga tidak perlu curiga apalagi dikaitkan dengan munculnya gerakan sparatis.”
Di pondok pesantren itu, santri akan menjadi penghafal Alquran. Program pendidikan selama dua tahun dan lulusan Ponpes Baitul Quran bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Pengurus YDDII Wonogiri, Imawan Haris Nursalim, mengatakan pembangunan ponpes dimaksudkan untuk membangun akhlak generasi muda Wonogiri.
“Kami ingin ikut membangun akhlak generasi muda. Sebab kami prihatin dengan pemberitaan media massa tentang seks bebas, pemerkosaan, miras, pencurian sampai pembunuhan di Wonogiri.”