SOLO- Sejumlah penghuni Pondok Boro di Kampung Krajan, Mojosongo, Jebres merespons gagasan pembangunan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) sebagai pengganti Pondok Boro.
Sebagian besar penghuni pondok yang ditemui espos.id, Rabu (23/5/2012) merasa tidak keberatan terhadap rencana tersebut. Hanya saja mereka khawatir bila tarif sewa bulanan menjadi melambung pasca pembangunan Rusunawa.
Ny Timbrung penghuni pondok asal Kandangsapi RT 002/RW 035 Jebres mengaku telah tinggal di Pondok Boro bersama suaminya sejak 2007 itu memilih pasrah. Sebab menurutnya kondisi fisik pondok yang dibangun sekitar 1998 lalu itu memang perlu peremajaan. Utamanya pada bagian atap yang sudah lapuk.
Satu-satunya hal yang membuat Ny Timbrung tidak terlalu yakin yaitu tarif sewa bulanan Rusunawa. “Kalau tarif bulanan pondok selama ini murah banget, Rp75.000/bulan sudah termasuk listrik dan air. Tapi saya menurut saja bagaimana baiknya,” kata dia.
Sedangkan Yarlinus, 31, penghuni kamar nomor empat lantai I Pondok Boro menyatakan setuju terhadap gagasan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) perihal pembangunan Rusunawa.
Mengenai harga sewa Rusunawa yang lebih mahal ketimbang Pondok Boro, Yarlinus tidak keberatan asal sebanding dengan fasilitas dan luas unit rumah. Selama di pondok, penyewa tinggal di ruangan berukuran sekitar 3x175 meter persegi.
Penghuni lain Pondok Boro, Iwan Susilo, 20, asal Debegan RT 004/RW 001 Mojosongo, keberatan bila pondok dirobohkan lalu diganti Rusunawa. Sebab sewa bulanan Rusunawa jauh lebih mahal termasuk biaya listrik dan air. Untuk itu dia mengusulkan rehabilitasi Pondok Boro sebagai solusi buruknya kondisi fisik.