Langganan

Petani Karanganyar mulai kesulitan air - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Redaksi  - Espos.id Solopos  -  Jumat, 2 September 2011 - 19:54 WIB

ESPOS.ID - MENGAIRI SAWAH -- Seorang petani di Desa Suruh, Kecamatan Tasikmadu, Karanganyar, menggunakan pompa air bermesin disel untuk mengairi sawahnya, Jumat (2/9/2011). (JIBI/SOLOPOS/Farid Syafrodhi)

Karanganyar (Esposin) - Kekeringan mulai mengancam para petani di Karanganyar. Banyak para petani yang kekurangan air untuk mengairi lahan sawahnya. Mereka kini tidak bisa lagi mengandalkan air sungai, apalagi hujan. Agar padi yang mereka tanam tetap berkembang, petani terpaksa menggunakan air sumur untuk mengaliri sawahnya.

Untuk mengambil air bawah tanah, mereka antara lain memakai mesin diesel untuk menyedotnya. Salah satu petani di Desa Suruh, Kecamatan Tasikmadu, Sutrisno, 32, mengatakan, sudah beberapa bulan ini ia mengambil air dari sumur yang terletak di tengah sawah. “Kalau tidak menyedot, dapat air dari mana? Sungai yang mengalir di seberang sawah juga kecil dan tidak bisa mengalir ke sawah,” ujar Sutrisno saat ditemui wartawan di sawahnya, Jumat (2/9/2011). Karena itu, ia menempatkan penyedot air di sawahnya.
Advertisement

Selama kemarau, ungkap Sutrisno, sehari dua kali ia mengairi lahan sawah. Selain di petak sawahnya sendiri, air tersebut juga dialirkan ke beberapa petak sawah milik petani lain yang masih satu kawasan. Ia mengaku tidak masalah bila harus berbagi air dengan petani lain. “Timbal baliknya apa, terserah dari orang-orang,” katanya. Mesin diesel milik Sutrisno tersebut antara lain digunakan untuk mengairi sekitar empat hektare sawah.

Sementara itu, petani di daerah lain, Sukirman, mengungkapkan, karena kekeringan, sebagian petadi ada yang membiarkan lahannya kosong dan tidak ditanami padi. Menurut Sukirman, sawah di sana merupakan sawah tadah hujan. Jadi bila tidak turun hujan, maka pasokan airnya menurun.

Untuk urusan operasional, lanjutnya, biayanya juga cukup besar. Setidaknya, untuk mengairi sawah membutuhkan biaya Rp 100.000 untuk membeli solar guna menghidupkan mesin diesel. “Untung saja bisa bergotong-royong. Kalau tidak, bisa tekor,” ungkapnya. Ia pun berharap agar pemerintah bisa membantu meringankan beban petani. Terutama untuk menghadapi musim kekeringan seperti sekarang ini.

Advertisement

fas

Advertisement
Advertisement
R. Bambang Aris Sasangka - journalist, history and military enthusiast, journalist competency assessor and trainer
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif