by Tri Rahayu - Espos.id Solopos - Jumat, 19 Februari 2021 - 20:00 WIB
Esposin, SRAGEN — Sampel air dari hulu sampai hilir Bengawan Solo di wilayah Kabupaten Sragen diambil untuk diuji laboratorium oleh Dinas Lingkungan Hidup atau DLH Provinsi Jawa Tengah. Pengambilan sampel air Bengawan Solo itu dilakukan untuk mengetahui tingkat pencemaran limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).
Pengambilan sampel air di hulu, yakni di Dukuh Kembangan, Desa Sidodadi, Masaran, Sragen. Selain itu, pengambilan sampel juga dilakukan di daerah tengah aliran, tepatnya di sekitar Jembatan Gawan, Tanon, dan di daerah hilir, yakni di Dukuh Barang, Desa Banaran, Sambungmacan, Sragen.
Kepala DLH Sragen Samsuri saat ditemui Esposin di sela-sela kegiatan olahraga, Jumat (19/2/2021), menyampaikan pengambilan sampel dilakukan DLH Provinsi Jateng di hulu, tengah, dan hilir. Selain itu, DLH Sragen juga terus mengawasi pengolahan limbah di sejumlah industri di Sragen.
Baca juga: Gubernur Ganjar Akan Pidanakan Pembuang Limbah di Bengawan Solo
Pengawasan itu dilakukan, ujar dia, dengan meminta laporan pengolahan limbah setiap triwulan dan para perusahaan itu juga melaporkan hasil pengolahan limbahnya ke DLH setiap semester. “Kalau ada yang membandel disurati dan dicek langsung. Seperti dua pabrik di Bulu, Purwosuman, yang penah disidak Wakil Bupati beberapa waktu lalu,” ujarnya.
Kasi Perlindungan Lingkungan Hidup DLH Sragen, Arief Budi Jatmiko, saat ditemui secara terpisah menyampaikan ada sejumlah perusahaan yang berpotensi menimbulkan pencemaran di Bengawan Solo. Dia mengatakan DLH mengawasi secara rutin pengelolaan limbah sejumlah perusahaan itu. Dia mengatakan komitmen mereka sudah bagus dan kualitas limbahnya sudah berada di bawah baku mutu air limbah.
“Beberapa waktu lalu ada rekomendasi dari Provinsi Jateng terkait dengan pengolahan limbah di PT Bati dan PT Kenaria. Ternyata setelah dicek sudah baik pengolahan limbahnya di PT Kenaria. Sedangkan di PT Bati sudah tidak lagi melakukan produksi limbah cair karena fokus pekerjaannya pada pemintalan,” ujarnya.
Baca juga: Duh Biyung, Sampah Menumpuk di Pasar Lama Andong Boyolali
Dia mengatakan pengambilan sampel itu secara rutin diambil dua kali, yakni pada musim kemarau dan penghujan. Pengambilan sampel air terakhir dilakukan pada November 2020. Bila hasil laboratorium itu ditemukan indikasi air di atas baku mutu, kata dia, maka akan dilihat hasil laboratorum itu dari sampel mana.
“Kalau dari sampel daerah hulu berarti itu dampak dari aliran Sungai di kabupaten tetangga. Kalau dari daerah tengah atau hilir maka akan dilihat parameter airnya. Tentunya pengawasan terhadap perusahaan penghasil limbah cair akan dipekertat termasuk pengecekan instalasi pengolahan air limbah [IPAL] juga,” katanya.