by Afifa Enggar Wulandari Nicolous Irawan - Espos.id Solopos - Senin, 27 Juni 2022 - 06:00 WIB
Esposin, SOLO -- Fasilitas dan lokasi bermain anak di Kota Solo saat ini masih minim. Padahal sudah empat kali Solo menyandang predikat Kota Layak Anak kategori Utama dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA).
Kategori Utama hanya satu tingkat di bawah kategori tertinggi dalam penilaian Kota Layak Anak. Kategori tertinggi yakni Paripurna. Meski sudah kategori utama, masih ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan Pemkot Solo.
Pekerjaan rumah itu, yakni penyediaan area bermain anak yang memadai. Saat ini, baik dari sisi jumlah maupun sebaran, area tempat bermain anak dinilai banyak kalangan masih kurang.
Hal itu membuat tak sedikit anak di Kota Solo yang terpaksa memanfaatkan jalan kampung sebagai lokasi untuk sekadar bermain sepak bola bersama teman sebaya. Bahkan ada anak-anak yang menantang bahaya dengan bermain layang-layang di jalur rel kereta api.
Hal itu membuat tak sedikit anak di Kota Solo yang terpaksa memanfaatkan jalan kampung sebagai lokasi untuk sekadar bermain sepak bola bersama teman sebaya. Bahkan ada anak-anak yang menantang bahaya dengan bermain layang-layang di jalur rel kereta api.
Seperti pantauan Esposin, di Jl Asahan II, RT 002/RW 001, Pucangsawit, Kecamatan Jebres, Solo. Jalan yang lebarnya hanya cukup untuk melintas satu mobil itu dimanfaatkan anak-anak untuk bermain di sore hari.
Sekitar 30 meter dari jalan ke arah selatan, ada rel kereta api yang menuju arah Karanganyar. Permukiman penduduk di seberang selatan kampus negeri di Solo itu cukup padat. Banyak tempat indekos yang menjadi satu dengan rumah warga.
Kamis (23/6/2022) menjelang sore, Ilham, 12, bersama kawannya Aldo, 15, tampak bermain bola di jalan tersebut. Mereka bermain sepak bola menggunakan bola plastik.
“Ya ngalah bentar doang,” jelasnya saat diwawancarai Esposin. Mereka lalu melanjutkan permainannya. Anak laki-laki tersebut dan teman-temannya sering menjadikan jalan kampung di depan rumah mereka di Solo sebagai lokasi bermain bola.
Baca Juga: Bahaya! Banyak Anak Main Layangan Di Rel KA Dekat Simpang Joglo Solo
Bila main sendirian, ia bermain di depan rumahnya yang berjarak sekitar 8 meter dari rel kereta api di kampung tersebut. “Kalau sendiri apa sama adik ya cuma di depan rumah,” imbuhnya.
Menurutnya, tak ada lahan kosong ataupun lapangan yang bisa ia gunakan untuk bermain bola bersama kawannya. Bahkan ia sendiri kerap menumpang lapangan futsal milik kampus di dekat rumahnya.
“Kalau enggak males ya ke kampus [UNS]. Di sana di teknik [Fakultas Teknik] ada lapangan futsal, enggak bayar. Tapi ya tidak sering juga, kalau pas pengin,” tutur bocah yang hendak masuk SMP tahun ini.
Ilham juga bercerita ia bersama kawannya pernah bermain bola di halaman Pendopo Ageng Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT). Sebuah kompleks yang dikenal menjadi tempat pengembangan dan apresiasi seni budaya justru seolah menjadi lapangan olahraga bagi Ilham dan kawan-kawannya.
Baca Juga: Jadi Kota Layak Anak di Indonesia, Ini 5 Taman Cantik di Solo yang Cocok Buat Main Si Kecil
“Kalau enggak ke kampus ya ke TBS [TBJT]. Kan ada to itu lapangan rumput. Boleh-boleh aja,” tutur dia. Sementara itu di wilayah Nusukan, Banjarsari, Solo, sejumlah anak nekat bermain di lokasi jalur rel kereta api.
Sementara itu, sebagian orang tua mengajak anak-anak mereka bermain di halaman Balai Kota Solo yang lapang dan berumput. Mereka yang datang tidak hanya warga sekitar Balai Kota yang berada di Kecamatan Pasar Kliwon tapi juga dari wilayah seperti Kecamatan Jebres.
Kurangnya fasilitas ruang bermain bagi anak sebenarnya merupakan masalah klasik. Hal sempat disampaikan salah seorang Ketua RW di Kelurahan Mangkubumen, Banjarsari, Solo, Mugiyarso.
Baca Juga: Kota Layak Anak, Solo Dikepung 1.472 Iklan Rokok
Saat itu Mugiyarso menghadiri acara refleksi satu tahun kepemimpinan Gibran Rakabuming Raka–Teguh Prakosa di Pendapi Gede Balai Kota Solo, Selasa (19/4/2022) sore.
Mugiyarso menyinggung tentang akses masyarakat umum terhadap sarana prasarana olahraga di Kota Solo. Ia menilai fasilitas-fasilitas olahraga di Solo belum dapat dinikmati masyarakat umum.
Dampaknya, kata dia, anak-anak bermain bola di jalan. Ia berharap Pemkot Solo membuka akses fasilitas olahraga yang ada untuk masyarakat.
“Kami bangga dengan sarpras olahraga di Solo. Kami harap warga tidak hanya menjadi penonton di gedung-gedung olahraga yang megah itu. Kami bisa merasakan, berpartisipasi, diberikan akses,” ungkapnya.