Langganan

Mengenang Sosok Agus Endarto, Camat Mondokan Penggagas Kampung Sukowati Sragen - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Tri Rahayu  - Espos.id Solopos  -  Jumat, 9 Agustus 2024 - 11:08 WIB

ESPOS.ID - Camat Mondokan, Sragen, Agus Endarto. (Istimewa)

Esposin, SRAGEN--Kepergian sosok Camat Mondokan, Sragen, Agus Endarto, menimbulkan kesedihan mendalam bagi warga Sragen karena almarhum merupakan salah satu putra terbaik. Almarhum Agus ikut menggagas Sendang Kun Gerit di Desa Jatibatur, Gemolong, Sragen, dan pengembangannya.

Bahkan Agus menginisiasi adanya Padukuhan Sukowati yang akan mengangkat segala macam budaya Bumi Sukowati sebagai pengembangan objek wisata baru di Sendang Kun Gerit Gemolong. Hal itu diungkapkan Direktur Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) Sumber Rejeki Desa Jatibatur, Sugiman Totok, kepada Esposin, Jumat (9/8/2024). Totok yang juga teman ngopi dan diskusi almarhum Agus merasa kehilangan yang mendalam karena kepergiannya terlalu mendadak.

Advertisement

"Beliau orang yang berjiwa besar, sangat peduli dengan adat budaya dan tradisi Sukowati. Di mana pun dan kapan pun, ide dan kreativitasnya tercipta dan pasti tentang Sragen, bumi yang begitu dicintainya. Beliau menggali dan memotivasi pemuda-pemuda desa seperti saya dan kawan-kawan untuk maju dan berkembang dengan tenaga, pikiran, dan hartanya, tanpa pamrih. Termasuk Kun Gerit kehilangan kawan, sahabat, dan guru," ujarnya.

Totok menerangkan salah satu ide kreatif Agus Endarto adalah membuat Padukuhan Sukowati di kawasan Sendang Kun Gerit Gemolong. Dia menerangkan padukuhan tersebut mengusung konsep desa di era Pangeran Mangkubumi. Padukuhan itu, jelas dia, untuk dijadikan sebuah museum desa dan taman budaya Desa Sukowati.

Advertisement

Totok menerangkan salah satu ide kreatif Agus Endarto adalah membuat Padukuhan Sukowati di kawasan Sendang Kun Gerit Gemolong. Dia menerangkan padukuhan tersebut mengusung konsep desa di era Pangeran Mangkubumi. Padukuhan itu, jelas dia, untuk dijadikan sebuah museum desa dan taman budaya Desa Sukowati.

"Kemarin sempat ngobrol dan rencana Oktober akan diresmikan dan beliau minta semua budaya Sukowati untuk ditampilkan agar dunia tahu tradisi Bumi Sukowati," ujarnya.

Dia mengungkapkan progres padukuhan itu sudah selesai 50% dan sudah menelan anggaran Rp300 juta. Padukuhan Sukowati itu, jelas dia, berada di lahan seluas 5.500 meter persegi. Totok teringat kenangan yang paling melekat, yakni kalau sudah ngobrol selalu gayeng dan enggak akan berhenti dan pulang sebelum semua rokok habis.

Advertisement

Teman Agus Endarto dari Tanggan, Gesi, Sragen, Jarwanto, menilai Agus Endarto adalah satu bagian dari putra terbaik Bumi Sukowati. Dia melihat semangatnya menjadi inspirasi para pemuda untuk peduli Bumi Sukowati.

"Saya bertemu terakhir dengan almarhum pada 31 Juli 2024 lalu. Saya tak mengira kalau pertemuan itu menjadi momentum terakhir kami. Beliau bersuara dengan lantang, 'Silahkan ajak anak-anak sekolah datang ke Mondokan untuk napak tilas agar mereka tahu perjuangan para pahlawan kita di era revolusi. Jangan batasi jumlah peserta. Akan saya siapkan walau hanya air putih.' Itu kata-kata beliau," jelasnya.

Kawan diskusi almarhum Agus Endarto lainnya, Lilik Mardiyanto, mengenang almarhum sebagai sosok sahabat dan seorang pioner yang visioner. Dia mengenal almarhum sebagai seorang motor penggerak dalam segala aktivitas kebudayaan, yang pernah dimunculkan ke dunia.

Advertisement

"Beliau telah mewarnai Bumi Sukowati. Kawan yang selalu mengingatkan tentang istiqomah serta pengamat yang baik. Beberapa cita-cita beliau yang belum terlaksana adalah membedah perjalanan napak tilas Pangeran Mangkubumi, Keraton Pajang serta Mataram Kuno di Sragen," ujar dia.

Advertisement
Astrid Prihatini WD - I am a journalist who loves traveling, healthy lifestyle and doing yoga.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif