by Akhmad Ludiyanto - Espos.id Solopos - Jumat, 5 Februari 2021 - 23:30 WIB
Esposin, SOLO — Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhammad Nuh atau M Nuh menilai pendidikan di Indonesia telah bergeser dari fungsi edukasi ke fungsi training atau pelatihan.
Menurutnya, edukasi memiliki kegunaan yang lebih luas dan jangka panjang, sedangkan training digunakan untuk kepentingan yang lebih sempit.
“Education [edukasi] tidak sama dengan training. Education itu lebih luas dan training itu sesaat supaya orang bisa melakukan keterampilan saja. Desain pendidikan kita terjebak dari education menjadi training,” ujar M Nuh saat menyampaikan materi dan diskusi dalam Fellowship Jurnalisme Pendidikan (FJP) 2021 yang diselenggarakan Gerakan Jurnalis Peduli Pendidikan (GJPP), Jumat (5/2/2021).
Baca juga: Jateng Di Rumah Saja, Kapolresta Solo Ancam Pidanakan Warga Yang Melawan Petugas
Ia menjelaskan, dalam memberikan edukasi banyak pengetahuan yang tidak digunakan secara langsung. Namun menurutnya bukan berarti pengetahuan tersebut tidak dibutuhkan.
“Misalnya seorang yang sekarang menciptakan kecerdasan buatan atau artificial intelligence tentu harus memahami dulu teknologi informasi (TI). Untuk mengetahui TI, harus punya kemampuan matematika. Pada matematika ada pelajaran satu ditambah satu dan seterusnya banyak sekali. Seperti tidak digunakan, tapi dibutuhkan,” imbuh M Nuh yang kini menjabat Ketua Dewan Pers.
Baca juga: Inspiratif! Ajak Warga 2 Hari di Rumah Saja, Pemdes Nglinggi Klaten Beri Bantuan Sembako
Oleh sebab itu ia menilai perlunya keseimbangan antara pendidikan dan training untuk memajukan bangsa. Dalam kesempatan itu, ia juga menyampaikan bahwa untuk menghadapi tantangan masa depan pendidikan harus berfokus pada lima hal yang menjadi satu kesatuan utuh. Yakni disciplined mind (punya disiplin ilmu), synthesizing mind (menyinergikan ide dan pemikiran). Lalu creative mind (pemikiran kreatif), respectful mind (menghormati orang lain), dan ethical mind (berpikir untuk kepentingan bersama).