Langganan

Lesbumi NU Se-Soloraya Ngumpul di Solo, Bahas Strategi Kesenian sesuai Zaman

by Ahmad Kurnia Sidik  - Espos.id Solopos  -  Kamis, 26 September 2024 - 20:10 WIB

ESPOS.ID - Pembukaan Safari Kebudayaan Lesbumi Se-Soloraya di Loji Gandrung, Solo, Kamis (26/9/2024).

Esposin, SOLO -- Lembaga Seni dan Budaya Muslimin (Lesbumi) Nahdlatul Ulama (NU) se-Soloraya berkumpul di Loji Gandrung, Solo, dalam acara Safari Kebudayaan yang digelar Lesbumi Jateng, Kamis (26/9/2024) pagi.

Perwakilan pengurus Lesbumi NU dari Solo, Sragen, Wonogiri, Karanganyar, Klaten, Boyolali, dan Sukoharjo, hadir dalam acara yang bertujuan mempererat jalinan komunikasi dan silaturahmi itu.

Advertisement

Acara itu sekaligus menjadi ajang saling berbagi informasi terkait kondisi Lesbumi di berbagai wilayah masing-masing, termasuk model kepengurusan, strategi dan program kerja, dan sebagainya. Termasuk dalam pembahasan yakni merumuskan strategi berdakwah dan berkesenian yang sesuai kebutuhan zaman.

Hal itu disampaikan Ketua Lesbumi NU Jawa Tengah, Abdul Ghani, saat membuka acara Safari Kebudayaan di Loji Gandrung, Solo. “Dengan berkumpulnya perwakilan pengurus, seniman, budayawan NU di sini, bisa saling berbagi kondisi masing-masing wilayah,” kata Abdul.

Advertisement

Hal itu disampaikan Ketua Lesbumi NU Jawa Tengah, Abdul Ghani, saat membuka acara Safari Kebudayaan di Loji Gandrung, Solo. “Dengan berkumpulnya perwakilan pengurus, seniman, budayawan NU di sini, bisa saling berbagi kondisi masing-masing wilayah,” kata Abdul.

Dengan begitu, Abdul berharap terbentuk koherensi dan sinergisme Lesbumi mulai dari tingkatan kabupaten/kota, provinsi, hingga nasional, untuk kemudian bisa menjalankan strategi dakwah dan kesenian yang tepat sasaran dan sesuai zaman.

Tak hanya itu, ia pun mendorong perlunya pembentukan perkumpulan seniman dan pemerhati seni di tiap-tiap kampus, karena menurut dia, hal semacam itu saat ini sangat jarang terdapat di Lesbumi. “Dengan perkumpulan semacam itu, memungkinkan Lesbumi mengakar lebih kuat lagi,” ujarnya.

Advertisement

Berkesenian sekaligus Berdakwah

Ia pun mengingatkan agar pengurus Lesbumi tidak pernah melupakan dasar awal dan semangat para pendiri lembaga itu, yakni berkesenian sekaligus berdakwah dengan dasar ahlusunnah wal jamaah an nahdliyah.

“Masa silam, Lesbumi sempat mencecap pertarungan sengit dengan dua lembaga kesenian lainnya, Manifesto Kebudayaan dan Lekra [Lembaga Kebudayaan Rakyat], dengan turut berkecimpungnya para pendiri [Lesbumi], yaitu Asrul Sani dan Usmar Ismail. Namun saat ini, yang tersisa tinggal Lesbumi,” kata Jadul.

Karena itu, untuk terus menghidupkan Lesbumi dengan semangat berkesenian sekaligus berdakwah itu, menurut Jadul, perlu melihat secara jeli kondisi kebudayaan zaman ini, baik di tingkatan daerah maupun nasional. Hal itu kemudian dijadikan landasan pergerakan Lesbumi tanpa meninggalkan pijakan sejarah.

Advertisement

“Lesbumi didirikan bukan hanya untuk persinggungan polemik di era 1960-an, akan tetapi juga untuk merumuskan kebudayaan di masa setelahnya, termasuk saat ini,” jelasnya.

Ketua Lesbumi NU Solo, Mufti Rajardjo, menyampaikan dengan terselenggaranya Safari Kebudayaan pagi itu serta Lesbumi Solo sebagai tuan rumahnya berharap kegiatan itu menjadi awal dari lebih eratnya silaturahmi antar-Lesbumi. Tujuannya menyongsong pergerakan Lesbumi yang lebih baik ke depannya.

“Acara yang baik ini juga terselenggara karena dukungan berbagai pihak, baik Pemkot Solo, pengurus Lesbumi, seniman, budayawan, dan sebagainya. Saya mengucapkan terima kasih,” kata Mufti.

Advertisement

Pantauan Espos.id di lokasi, setelah pembukaan, agenda selanjutnya dari Safari Kebudayaan pagi itu ialah penyampaian gagasan dari masing-masing perwakilan Lesbumi se-Soloraya untuk kemudian dijadikan proyeksi pergerakan Lesbumi se-Soloraya agar lebih baik ke depannya.


Advertisement
Suharsih - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif