Langganan

Kisah Cinta Sedih Jaka Pambudi-Rara Satiti di Balik Asale Slogohimo Wonogiri - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Muhammad Diky Praditia  - Espos.id Solopos  -  Sabtu, 27 Juli 2024 - 06:00 WIB

ESPOS.ID - Pengendara motor melintas di jalan depan Kantor Kecamatan Slogohimo, Wonogiri, Rabu (24/7/2024). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Esposin, WONOGIRI -- Kecamatan Slogohimo disebut sebagai salah satu wilayah tertua di Kabupaten Wonogiri. Asal nama Slogohimo diceritakan berkaitan dengan Kadipaten Wengker di Ponorogo.

Tokoh masyarakat Kecamatan Slogohimo, Kun Prastowo, menceritakan berdasarkan cerita lisan turun temurun yang dia peroleh, penamaan wilayah Slogohimo tak lepas dari cerita rakyat tentang kisah cinta sedih tokoh Jaka Pambudi atau Jaya Manggala dengan Rara Satiti yang berasal dari Kadipaten Wengker, Ponorogo, Jawa Timur, pada zaman dulu.

Advertisement

Dia menceritakan Jaka Pambudi  adalah pemuda desa sederhana yang jatuh cinta kepada Rara Satiti, seorang anak dari orang tua yang terpandang di desanya. Jaka Pambudi kerap bertemu Rara Satiti saat dia mencari pakan untuk ternak kambingnya. Ia mencari pakan di dekat lahan atau ladang milik orang tua Rara Satiti, Bekel Surayuda.

Kedekatan Jaka Pambudi dengan Rara Satiti itu akhirnya diketahui Surayuda. Sarayuda pun marah dan melarang anak gadisnya bertemu dengan Jaka Pambudi. Sejak saat itu, muda-mudi itu tak pernah lagi bertemu.

Advertisement

Kedekatan Jaka Pambudi dengan Rara Satiti itu akhirnya diketahui Surayuda. Sarayuda pun marah dan melarang anak gadisnya bertemu dengan Jaka Pambudi. Sejak saat itu, muda-mudi itu tak pernah lagi bertemu.

Rara Saitit, oleh ayahnya dijodohkan dengan Madyasta, anak sahabatnya yang bernama Bekel Jumantara. Akan tetapi, sebenarnya, Rara Satiti tidak mencintai Madyasta.

Begitu pula Madyasta yang sudah dekat dengan perempuan lain bernama Sawitri. Meski begitu, pernikahan keduanya tetap berlangsung. Hal itu karena kedua ayah mereka sudah berikrar janji untuk menjodohkan anak masing-masing kelak ketika dewasa.

Jaya Menggala

Di sisi lain, Jaka Pambudi yang hancur hatinya berusaha mengadu nasib ke kotaraja, Kadipaten Wengker, Ponorogo. Ia mengabdi sebagai prajurit di sana. Ketangguhannya dalam berperang melawan musuh membuatnya disukai Adipati Surya Ngalam, pemimpin Kadipaten Wengker. Ia diangkat menjadi lurah prajurit dan diberi nama Jaya Menggala.
Advertisement

Pada waktu yang sama, Kadipaten Wengker harus menghadapi sejumlah pemberontakan dari gerombolan pengacau. Adipati Surya Ngalam meminta Jaya Menggala untuk menumpas pemberontak itu. Kedua penggawa kadipaten itu berhasil memukul musuh-musuhnya.

Atas jasa mereka, Adipati Surya Ngalam mengangkat Bekel Madyasata menjadi Demang. Ia kemudian memboyong istrinya, Rara Satiti, ke Kadipaten Wengker. Jaya Menggala pun sedianya akan diangkat menjadi Demang. Tetapi ketika melihat ada Rara Satiti di kadipaten sebagai istri orang lain, dia enggan menjadi demang.

Saat bertemu, kedua orang itu kaget. Perasaan cinta keduanya masih sama seperti dulu. Keduanya beberapa kali bertemu. “Tapi Jaya Menggala justru memilih pergi dari kadipaten berkelana menuju arah barat untuk menghargai Demang Madysata dan Rara Satiti,” cerita Kun tentang asal usul wilayah Slogohimo saat dihubungi Esposin, Jumat (26/7/2024).

Cinta Ditolak

Rara Satiti yang ditinggal Jaya Menggala kemudian patah hati. Ia lantas mengaku kepada suaminya bahwa ia masih mencintai Jaya Menggala. Perempuan itu akhirnya diusir. Rara Satiti berupaya mencari Jaya Manggala hingga masuk ke hutan belantara di sekitar tenggara Gunung Lawu.
Advertisement

Dalam pencariannya itu, dia bertemu dengan Sawitri. Perempuan yang dulu dekat dengan Madyasta. Perempuan itu juga sempat ditolong Jaya Manggala kala hendak mengakhiri hidup karena patah hati ketika Madyasta menikah dengan Rara Satiti.

Sawitri kemudian menemani Rara Satiti mencari Jaya Menggala. Singkat cerita, mereka bertemu dengan pria yang dicari. Namun, Sawitri justru berusaha menyingkirkan Jaya Menggala. Sebab Sawitiri telanjur sakit hati dengan laki-laki. Setiap laki-laki yang dianggap sakti, dia lawan dan sudah banyak korbannya.

“Jaya Menggala berhasil mengalahkan Sawitri. Tetapi dia kaget ketika ada Rara Satiti di dekatnya. Perempuan itu mengaku telah berkelana mencari Jaya Menggala setelah diusir suaminya,” ujarnya.

Advertisement

Alih-alih menerima Rara Satiti, Jaya Menggala malah minta perempuan itu kembali ke kadipaten menemui suaminya. Sebagai seorang kesatria, Jaya Menggala enggan merusak hubungan rumah tangga orang lain. Rara Satiti pun tampak kecewa dan membalik badan untuk kembali.

Salaga dan Ima

Sementara itu, Jaya Menggala menuju perbukitan yang dikenal dengan Gunung Brojo di lereng selatan Gunung Lawu. Dari ketinggian, dia melihat hamparan bunga kopi atau salaga dari pohon-pohon kopi yang tertanam di sana. Keindahan bunga kopi yang dipandang dari atas itu layaknya salaga atau ima.

“Dari situ, Jaya Menggala menamai wilayah itu Slogohimo dari kata Salaga dan Ima. Itu cerita rakyat turun temurun, kalau kebenarannya ya hanya Tuhan yang tahu,” ungkap Kun.

Dia menambahkan karena wilayahnya subur dan indah, Jaya Menggala akhirnya memutuskan untuk tinggal di Slogohimo. “Waktu saya masih kecil, SD, pohon kopi itu masih banyak ditemui di sini. Tetapi sekarang sudah berkurang populasi pohonnya,” kata warga Slogohimo itu.

Saat ini, Slogohimo merupakan salah satu kecamatan di Wonogiri yang terdiri atas 15 desa dan dua kelurahan. Lokasinya di wilayah timur dan dikelilingi sejumlah kecamatan seperti Jatisrono, Jatiroto, Jatipuro, Bulukerto, Purwantoro, dan Kismantoro.

Dari pusat kota Kabupaten Wonogiri, Slogohimo berjarak kurang lebih 23 km melalui jalan raya Wonogiri-Ponorogo. Selain pertanian dan pemandangan alamnya yang indah, Slogohimo terkenal dengan objek wisata air terjun Girimanik.

 
Advertisement
Suharsih - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif