by Kurniawan Chelin Indra Sushmita - Espos.id Solopos - Kamis, 10 Maret 2022 - 14:59 WIB
Esposin, SOLO — Anak lelaki tertua Pakubuwono XIII, KGPH Mangkubumi, pasrah tidak ditunjuk sebagai putra mahkota penerus takhta Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat atau Keraton Solo. Justru adiknya, KGPH Puruboyo yang diumumkan mendapatkan posisi tersebut.
Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Solo, GKR Wandansari atau Gusti Moeng menyebut KGPH Mangkubumi tidak diajak bicara soal penentuan putra mahkota. Meski demikian, pria itu tetap teang dan menyerahkan keputusan kepada takdir Yang Maha Kuasa.
“Kalau Mangkubumi ini saya banyak bicara dengan dia. Dia anak yang mau belajar, anak yang mau mengerti. Dalam posisi itu kan dia sama sekali tidak diajak omong,” ujarnya saat ditemui awak media di kantornya pada Senin (7/3/2022) siang.
Baca juga: Tak Terobsesi Jadi Raja, KGPH Mangkubumi Ingin Lestarikan Keraton Solo
Baca juga: Tak Terobsesi Jadi Raja, KGPH Mangkubumi Ingin Lestarikan Keraton Solo
“Jadi dia hanya istilahnya menyerahkan semua kepada Allah SWT. Karena apa pun kan ada takdir dari Allah SWT Yang Maha Kuasa. Semua kan yang kuasa Allah SWT, dan dia tahu persis itu,” tuturnya.
Diberitakan sebelumnya, KGPH Puruboyo diangkat sebagai putra mahkota dan diberi gelar Adipati Anom saat acara Tingalan Jumenengan ke-18 PB XIII di Keraton Solo pada Minggu (27/2/2022). Ketika itu, KGPH Mangkubumi tak diberi akses masuk.
Setelah menunggu dari pukul 09.00 WIB hingga 10.00 WIB dan tetap tak dibukakan pintu, akhirnya Mangkubumi kembali ke rumahnya. Kepada Esposin ia mengaku tidak tahu alasan dirinya tidak dibukakan pintu saat hendak menghadiri Tingalan Jumenengan ayahandanya.
Sebagai anak lelaki tertua, dia mengaku tidak terobsesi menjadi putra mahkota Keraton Solo. Sebab menurutnya kepemimpinan di Keraton Solo biasanya mendasarkan kepada wahyu Illahi atau takdir Tuhan.
Baca juga: Gua Mangkubumi Sragen, Tempat Semadi Mangkubumi Sebelum Menjadi Raja
KGPH Mangkubumi sempat bercerita tentang anak dari PB XIII yang berjumlah tujuh orang, salah satunya dirinya sebagai anak kelima.
“Kula putra kakung ingkang bajeng [Saya anak laki-laki pertama]. Empat kakak saya putri sedanten, di bawah saya, adik rayi dalem putri, baru adik saya paling kecil KGPH Puruboyo,” urainya.
KGPH Mangkubumi mengaku prihatin dengan masalah dalam ontran-ontran dalam tubuh Keraton Solo yang bergelora sejak 2004. Masalah ini muncul sejak wafatnya Pakubuwono XII pada 11 Juni 2004.
Baca juga: Sengkarut Putra Mahkota: Pemimpin Keraton Solo Berdasar Wahyu Ilahi
Dalam tradisi kerajaan Jawa, pengganti raja adalah anak lelaki tertua dari permaisuri. Konflik ini semakin memanas antara PB XIII sinuhun Hangabehi dengan Lembaga Dewan Adat. Sejak saat itu, KGPH Mangkubumi memilih bersikap netral. Dia pun mengaku tidak memiliki ambisi menjadi raja sebagai pengganti ayahnya.
Dia pun tidak terganggu dengan perubahan nama adik lelakinya dari GRM Suryo Mustiko menjadi GPH Puruboyo yang dalam terminologi kerajaan di lingkungan trah Mataram dipersepsikan sebagai anak permaisuri alias garwa padmi, yakni calon kuat pengganti raja.