by Ichsan Kholif Rahman - Espos.id Solopos - Sabtu, 29 Mei 2021 - 16:18 WIB
Esposin, SOLO — Bripka Eka Diah Paswari, 32, personel Satlantas Polresta Solo, pada Sabtu (22/5/2021) bertugas ke Republik Afrika Tengah. Eka menjadi wakil Indonesia dalam misi Minusca, misi perdamaian oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Tugas ini merupakan tugas ke dua bagi istri Aipda Agung Sudarmadi yang bertugas di Polsek Laweyan. Pada 3 Maret 2019 hingga 3 September 2020 lalu, Eka sukses menjalankan misi pertamanya.
“Sekarang sudah berangkat lagi, ini saya sudah di Republik Afrika Tengah. Negara ini bekas jajahan Perancis. Secara umum situasi kondisi di Afrika Tengah sering terjadi konflik bersenjata antara pemerintah dengan armed group. Kami bertugas sesuai dengan mandat dari PBB yaitu protection of civilian dan capacity building kepada para polisi maupun gendarmerie lokal,” papar dia kepada Esposin, Sabtu (29/5/2021) siang.
Tugas Eka dalam misi perdamaian itu adalah mendampingi dan memberi pelatihan polisi lokal. Termasuk menjaga keamanan masyarakat dalam armed mission itu.
Baca Juga: Menanti Janji Pemkot Tuntaskan Banjir di Kota Solo
Tugas Eka dalam misi perdamaian itu adalah mendampingi dan memberi pelatihan polisi lokal. Termasuk menjaga keamanan masyarakat dalam armed mission itu.
Baca Juga: Menanti Janji Pemkot Tuntaskan Banjir di Kota Solo
Menurutnya, situasi di Repbulik Afrika Tengah sangat tidak bisa terprediksi. Beberapa kali ada serangan dari kelompok bersenjata meskipun saat ini cenderung reda. Ia menambahkan jam malam berlaku di lokasi konflik. Termasuk ada beberapa lokasi yang dilarang untuk staf PBB.
“Adaptasi cuaca cenderung sama dengan Indonesia. Tidak terlalu dingin atau panas. Sehari-hari kami menggunakan bahasa Prancis sebagai bahasa utama dan bahasa Inggris,” papar Eka.
Baca Juga: Usil Banget! Wali Kota Gibran Jahili Pemain Persis Solo Yang Takut Disuntik
Ia mengaku meskipun sudah memiliki bekal bahasa Prancis, terkadang bahasa menjadi kendala sendiri. Aksen bahasa Prancis warga Afrika sedikir berbeda.Menurutnya, singkong dan pisang menjadi makanan pokok di Republik Afrika Tengah. Beras cukup sulit ditemukan di sana. Sehingga, harus kreatif untuk mengolah masakan berbahan singkon dan pisang agar lebih ramah dimulut.
Selama menjalani karier sebagai polisi, ia mengaku termotivasi dengan para seniornya yang bertugas di luar negeri dalam misi perdamaian. Ibu dari Bening Dharma Ratih, 9, dan Anggun Dharma Gita, 4, itu aktif mengikuti berbagai pelatihan bahasa asing.
Pada 2014 ia memulai mengikuti kursus bahasa Prancis. Namun, setelah mengikuti kursus itu ia belum bertugas ke luar negeri. Ia pun terus mempelajari bahasa Prancis pada 2016 dan 2018 lalu sebelum akhirnya bertugas di negara bekas jajahan Prancis itu.
Baca Juga: Kapolresta Solo Tegaskan Masyarakat Jangan Bikin Kerumunan Massa
“Dulu tidak ada pandangan, tetapi termotivasi melihat senior-senior Polwan dalam misi perdamaian,” papar dia.Ia mengaku cukup berat pertama kali bertugas ke luar negeri melihat anak-anaknya yang masih kecil yang harus ia tinggalkan. Bahkan, saat menjalan tugas pertamanya ke luar negeri, anak keduanya masih berusia 1,5 tahun. Namun, seiring berjalannya waktu anak-anaknya memahami tugas ibunya yang seorang anggota Polri dan penjaga perdamaian. Hal itu mendorong dua anak-anaknya mandiri.
“Keluarga sangat mendukung, ada video call untuk berkomunikasi. Namun terkadang terkendala sinyal,” imbuh dia.
Ia menambahkan pada misi saat ini, ada empat anggota Polri dalam Individual Police Officer (IPO). Tiga rekannya berasal dari Polres Banyuwangi, Polres Purbalingga, dan Polres Grobogan. Mereka tinggal di rumah penduduk asli Afrika Tengah. Hal itu agar bisa bisa dekat dengan masyarakat asli.
Baca Juga: Begini Cara Deteksi dan Hindari Penipuan Mengatasnamakan Bea Cukai
Ia berharap para junior Polwan di Polresta Solo dapat mengikuti langkahnya bertugas dalam misi perdamaian. Ia juga merupakan penerus para senior Polresta Solo yang pernah bertugas di luar negeri.