by Candra Septian Bantara - Espos.id Solopos - Sabtu, 21 September 2024 - 06:00 WIB
Esposin, SOLO -- Pasar Ngumbul di Manahan, Banjarsari, Solo, kondisinya tak terawat dan sepi pengunjung. Bahkan pasar yang dibangun pada 1990 itu kini hanya menyisakan empat pedagang.
Pantauan Espos.id, Jumat (20/9/2024) siang, lokasi pasar di Jl RM Said Solo tersebut hampir tidak terlihat dari jalan. Sebab peletakan papan nama dan letak pasar tersebut kurang ideal karena terhalang bangunan lain di sisi depan.
Saat memasuki bagian dalam, suasana pasar itu juga terlihat tidak seperti lazimnya pasar. Pasar itu lengang dan hanya ada dua kali transaksi saat Espos.id berada di sana pukul 10.00 WIB-12.00 WIB.
Selain itu, hanya ada empat orang pedagang yang berjualan. Mereka masing-masing berjualan sayur, buah, ayam potong, dan es kelapa muda.
Selain itu, hanya ada empat orang pedagang yang berjualan. Mereka masing-masing berjualan sayur, buah, ayam potong, dan es kelapa muda.
Kondisi fisik pasar itu juga menyedihkan. Rangka bangunan dipenuhi karat, seng-seng penutup sisi depan bangunan jebol, dan meskipun siang hari pasar itu juga tampak gelap.
Lantai pasar itu juga kotor dan cukup banyak barang-barang yang digeletakkan begitu saja. Belum lagi di sisi timur dan barat bagian dalam pasar dipakai beberapa warga untuk tempat tinggal.
Kondisi pasar, kata dia, akan jauh lebih parah saat musim hujan atau angin tiba. Banyak atap seng yang beterbangan, atap bocor dan mengakibatkan bagian dalam pasar tergenang air.
Sri menilai dengan kondisi seperti itu membuat pembeli enggan mampir ke pasar. Menurut dia, dalam sehari jumlah pembeli yang datang ke Pasar Ngumbul bisa dihitung jari.
“Orang yang datang itu sedikit sekali, isa dietung driji [bisa dihitung jari] dan itu kebanyakan ya orang-orang yang sudah langganan. Lha gimana kondisinya kaya gini pasti orang-orang juga tidak mau mampir, ditambah kalau dari jalan raya juga tidak terlihat,” kata dia.
Dia menjelaskan Pasar Ngumbul beroperasi hanya mulai pukul 06.30 WIB-12.00 WIB. Di atas pukul 12.00 WIB hanya biasanya hanya satu pedagang yang masih berjualan hingga sore.
Ditanya soal kenapa masih mau berjualan di tengah kondisi pasar yang kurang layak dan sepi, Sri mengaku tidak ada pilihan lain. Baginya lebih baik dapat pemasukan sedikit daripada tidak sama sekali.
“Kalau saya sudah tidak tahu mau ngapain lagi, soalnya bisanya hanya jualan. Ya, meskipun tidak ada yang beli dan kadang hanya bathi Rp1.000-Rp2.000 tidak apa-apa daripada tidak sama sekali, kan?" ungkapnya sambil tersenyum.
Salah satu pembeli, Sudiyah, mengaku setiap hari belanja di Pasar Ngumbul, Manahan, Solo, walaupun pilihan barang yang dijajakan tidak selengkap bila belanja di tukang sayur keliling atau supermarket.
Menurutnya, dengan belanja di pasar itu paling tidak ia bisa membantu para pedagang agar tetap mendapatkan rezeki.
“Setiap hari saya sempatkan belanja di sini, meskipun jane ya wis enek bakul sayur keliling dan dagangane komplet. Kenapa saya ke sini? Ya karena ingin membantu pedagang di sini kan semuanya sudah tua-tua, itung-itung nglarisi," kata dia.
Sudiyah menilai selain faktor sudah banyak tukang sayur yang keliling, kondisi pasar yang kurang terawat juga membuat warga lain enggan untuk belanja ke pasar tersebut. Dia berharap pasar ini bisa segera diperbaiki.
Sementara itu, petugas pengelola Pasar Ngumbul, Sriyono, mengaku sejak dibangun pasar tersebut belum pernah direnovasi. Kondisi demikian, menurutnya, membuat para pedagang mulai enggan berjualan dan pengunjung ogah datang.
"Sebetulnya saya sudah beberapa kali mengusulkan untuk perbaikan namun belum ada tindak lanjut," kata dia.