by Nimatul Faizah - Espos.id Solopos - Kamis, 19 Januari 2023 - 14:50 WIB
Esposin, BOYOLALI -- Sepasang pengantin asal Dusun Tumang Kulon, Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, dibuat kaget karena tiba-tiba didatangi camat setempat dalam acara hajatan pernikahan mereka, Rabu (18/1/2023).
Pasangan pengantin tersebut, Nur Kholis, 29, dan Anik Setyani, yang sama-sama warga Desa Cepogo, menceritakan saat resepsi pernikahan, tiba-tiba Camat Cepogo, Dwi Sundarto, bersama tim dari pemerintah kecamatan datang.
“Saya kaget, kok tiba-tiba Pak Camat datang. Ternyata saya dapat kado pernikahan itu ada KK [Kartu Keluarga] saya, terus ada KK orang tua, juga ada KTP [Kartu Tanda Penduduk] saya dan istri,” ujarnya kepada Esposin, Kamis (19/1/2023).
Ia mengaku tak merasa mengurus syarat administrasi dokumen-dokumen tersebut. Ia mengaku hanya mengurus dokumen-dokumen pernikahan di Kantor Urusan Agama (KUA) Cepogo. Hal tersebut, jelas Kholis, tentu lumrah bagi calon pengantin di Boyolali.
Ia mengaku tak merasa mengurus syarat administrasi dokumen-dokumen tersebut. Ia mengaku hanya mengurus dokumen-dokumen pernikahan di Kantor Urusan Agama (KUA) Cepogo. Hal tersebut, jelas Kholis, tentu lumrah bagi calon pengantin di Boyolali.
Kholis mengaku sebelumnya memang ia sempat diberikan informasi terkait program Koni atau Kado Pernikahan oleh perangkat desa setempat. Namun, ia tak mengira program tersebut akan semudah dan secepat itu diberikan kepadanya.
“Saya merasa senang dengan program seperti ini, kan jadi tidak perlu bolak-balik untuk mengurus dokumen kependudukan seperti KTP baru bagi saya dan istri, KK baru bagi saya, orang tua, dan mertua,” ujarnya.
Ia mengatakan program Koni bertujuan memberikan kemudahan layanan kependudukan kepada pengantin di Cepogo, Boyolali. Harapannya, program Koni dapat mempermudah warga setelah menikah sehingga tidak kesulitan mencari KTP dan KK baru.
“Dengan adanya inovasi ini, nanti kami serahkan ke pengantin. Jadi setelah menikah, status di KTP yang sebelumnya tertulis belum kawin menjadi kawin. Sehingga, tidak ada lagi kesempatan masyarakat untuk menyalahgunakan status perkawinan di masa mendatang,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, inovasi kependudukan tak hanya Koni, tapi juga ada program Sweet 17. Dwi menyatakan program Sweet 17 bekerja sama dengan sekolah-sekolah di Cepogo untuk menjaring siswa yang hampir atau sudah berumur 17 tahun.
Siswa yang telah memenuhi syarat atau menuju 16 tahun tersebut akan diminta untuk mengumpulkan dokumen yang dibutuhkan ke pihak sekolah yang sudah berkoordinasi ke Pemerintah Kecamatan Cepogo.