by Redaksi - Espos.id Solopos - Sabtu, 30 Oktober 2010 - 16:49 WIB
Hal itu membuat jumlah para pengungsi membengkak 300% hingga posko pengungsian di lapangan Keputran dan Dompol tak kuat menampungnya.
“Lapangan Keputran sampai tak mampu menampungnya. Semua warga berlarian ke lapangan ketika Merapi meletus dini hari pukul 00.45 WIB,” kata Camat Kemalang Suradi kepada wartawan di Kemalang, Sabtu (30/10).
Suradi memprediksikan, jumlah pengungsi di pagi hari itu mencapai 8.000 jiwa lebih. Padahal, biasanya hanya berjumlah 2.000 hingga 2.500 pengungsi di Keputran.
Mereka yang berbaur di lokasi pengungsian tersebut berasal dari Desa Tlogowatu, Tangkil, dan Bumiharjo yang selama ini dinyatakan bebas dari bencana Merapi.
“Namun karena kerasnya suara letusan dengan abu vulkanik yang sampai ke rumah mereka, akhirnya mereka semua panik dan ikut mengungsi,” lanjutnya.
Hal serupa juga terjadi di posko pengungsian lapangan Dompol. Akibat letusan yang terjadi dini hari itu membuat jumlah pengungsi membengkak 100%. Sampai-sampai, tenda yang disediakan tak mencukupi lantaran kebanjiran pengungsi.
“Kami sampai mendirikan dua tenda pleton lagi. Karena, pengungsinya bertambah,” kata Koordinator Teknis Forum Merapi, Eddy Santosa.
asa