by Taufiq Sidik Prakoso - Espos.id Solopos - Selasa, 19 Januari 2021 - 20:28 WIB
Esposin, KLATEN – Hujan abu dampak erupsi Gunung Merapi mengguyur wilayah Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Klaten, Selasa (19/1/2021) pagi. Setelah reda, para petani ramai-ramai menyemprot tanaman cabai mereka supaya tidak rusak.
Hujan abu sebagai dampak awan panas guguran Gunung Merapi mengguyur wilayah itu pada Selasa pukul 02.27 WIB. Awan panas tercatat pada seismogram dengan amplitudo 60 mm dan durasi 209 detik. Jarak luncur sekitar 1.800 meter ke barat daya (Kali Krasak-Boyong). Tinggi kolom 500 meter di atas puncak dengan angin bertiup ke timur.
Hujan abu tipis mengguyur seluruh wilayah Tegalmulyo, Klaten. Genting rumah, tandon air, tanah, hingga tanaman memutih. Abu yang memutihkan jalan berterbangan ketika ada kendaraan yang melintas.
Kunjungi Puskesmas Manahan Solo, Gubernur Ganjar Ungkap Kelemahan Sistem Vaksinasi Covid-19
Kunjungi Puskesmas Manahan Solo, Gubernur Ganjar Ungkap Kelemahan Sistem Vaksinasi Covid-19
Salah satu warga Dukuh Tegalrejo, Desa Tegalmulyo, Mardi, 46, mengatakan sejak pukul 08.00 WIB menyiram seluruh tanaman cabai keriting yang ia tanam pada lahan sekitar 3.000 meter persegi.
Penyemprotan menggunakan air campur obat jamur untuk menghilangkan abu yang menempel pada tanaman. Hal itu ia lakukan untuk menyelamatkan tanaman agar tak rusak bahkan mati. Apalagi, tanaman cabai yang ia tanam sudah berbuah.
Mardi menuturkan selain berdampak ke tanaman, abu bisa berdampak pada kualitas rumput untuk pakan ternak. “Kalau rumput terkena abu, kualitasnya kurang bagus untuk ternak. Harus disemprot,” urainya.
Bagi Mardi, hujan abu Selasa itu merupakan kali ketiga sejak status Merapi siaga. Namun, selama ini hujan abu yang mengguyur tipis. “Paling tebal ya saat ini meskipun abunya juga tipis,” katanya.
Warga Tegalmulyo, Klaten, lainnya, Suwanti, 38, juga menuturkan hujan abu yang menempel pada tanaman tak bagus untuk bunga kol yang ia tanam. Namun, Suwanti memilih tak langsung melakukan penyemprotan.
Ruang Isolasi RS Kota Solo Hampir Penuh, Rumkitlap Vastenburg Kapan Dibuka?
Ia hanya berharap hujan segera turun hingga menghemat air dan tenaga untuk melakukan penyemprotan. “Kalau dijual ada abunya harganya bisa turun. Bunga kol yang saya panen saat ini nanti dicuci dulu, diangin-anginkan biar kering baru dijual ke tengkulak agar harganya tetap bagus. Saat ini harga jual ke tengkulak Rp9.000/kg hingga Rp10.000/kg,” jelasnya.
“Sudah beberapa kali hujan abu. Namun, meskipun saat ini tipis. Namun hujan abu yang paling tebal. Ketebalan abu yang menempel rata-rata 1 milimeter,” jelas dia.
Tekan Penularan Covid-19 Antarnakes, RSUD Karanganyar Larang Makan Bersama
Kepala Desa Tegalmulyo, Klaten, itu menjelaskan hujan abu secara langsung berdampak kurang bagus bagi tanaman. Begitu pula rumput pakan ternak.
“Dampak untuk ternak itu kalau rumput yang kena abu diberikan ke sapi, nafsu makan sapinya berkurang. Kalau dicuci, sapi juga tidak mau karena kalau dicuci justru bau amis. Ya tetap dikasihkan untuk pakan sapi. Paling tidak, sebelum diberikan rumputnya dikibas-kibaskan agar debunya hilang. Untuk pertanian terutama bunga kol dan cabai juga tidak bagus,” ungkapnya.