Langganan

HARGA GABAH TURUN: Harga Gabah Terus Merosot, Petani Gigit Jari - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Triyono Jibi Solopos  - Espos.id Solopos  -  Senin, 26 Maret 2012 - 23:49 WIB

ESPOS.ID - ILUSTRASI (Arif Fajar S/JIBI/SOLOPOS)

SUKOHARJO--Harga gabah yang terus merosot selama berlangsungnya panen raya musim tanam (MT) I membuat keuntungan petani semakin menipis.

Advertisement

Bagi buruh tani yang harus menyewa lahan, penjualan hasil panen bahkan dikhawatirkan tidak menutup biaya produksi.

Petani di Desa Lawu, Kecamatan Nguter, Sukoharjo,  Kismadi, mengungkapkan saat ini harga jual gabah hanya sekitar Rp320.000 per kuintal atau setara 3.200 per kilogram (kg) dari petani. Nilai tersebut mengalami penurunan signifikan dibanding periode awal panen raya periode MT bersangkutan dimana gabah bisa terjual Rp370.000 per kuintal atau lebih.

“Jika dihitung dari biaya produksi, keuntungan sangat tipis. Terlebih bagi yang menanam dengan menyewa lahan, meski hasil panen baik bisa jadi nilai jualnya tidak memadai,” ujarnya ditemui Esposin, di Lawu, Senin (26/3/2012).

Advertisement

Kismadi memaparkan biaya produksi penanaman untuk satu hektare lahan diperkirakan tidak kurang dari Rp8 juta per hektare. Jika dihitung dengan sewa lahan sekitar Rp6 juta per musim tanam, para petani harus mengeluarkan ongkos hingga Rp14 juta, sedangkan harga jual panen antara Rp18 juta-Rp19 juta/hektare, belum jika tanaman ambruk.

“Dengan masa tunggu panen lebih dari tiga bulan dan tenaga yang dikeluarkan, bisa dikatakan petani tidak mendapatkan keuntungan. Tetapi persoalannya kalau tidak bercocok tanam, mau bekerja apa lagi,” terang Kismadi.

Petani lain, Sutiman, menyatakan hal serupa. Ia menyebut petani menghadapi pilihan sulit ketika harga gabah merosot saat berlangsung panen raya. Jika menjual dengan harga rendah, kata dia, petani tidak mendapatkan untung atau justru mengalami kerugian, sedangkan jika meminta harga tinggi, gabah tidak akan laku dijual.

Advertisement

“Padahal sebagian besar petani di Lawu belum panen. Sebagian lain sudah dijual tetapi banyak juga yang belum dipanen tengkulak,” ujar Sutiman yang juga menjabat sebagai Ulu-ulu atau petugas pengairan di Desa Lawu.

Advertisement
Tutut Indrawati - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif