by Nimatul Faizah - Espos.id Solopos - Senin, 1 Juli 2024 - 21:35 WIB
Esposin, BOYOLALI -- Petani bonsai Boyolali tak khawatir ketika tanaman yang mereka pelihara tak laku saat ini. Hal itu karena tanaman bonsai ibarat investasi yang semakin lama dan terawat, semakin mahal pula harganya.
Salah satu petani bonsai asal Penggung, Boyolali, Joko Kuat Santoso, mengakui bertani bonsai bak investasi karena harganya terus naik. Joko menjadi salah satu peserta Gelar Bonsai Boyolali III di halaman Kantor Setda Boyolali, Senin-Minggu (1-7/7/2024).
Dalam acara itu, Joko membawa tiga pohon bonsai seharga Rp30 juta, Rp60 juta, dan Rp200 juta. Salah satu bonsainya yang berharga Rp30 juta merupakan jenis pohon Wahong Laut.
“Enggak khawatir kalau belum laku, karena bonsai yang saya bawa itu perjalanannya masih panjang untuk jadi bonsai yang lebih bagus. Yang Rp200 juta itu sudah hampir 20 tahun, bonsai itu tidak ada batas umur. Tapi bisa umurnya pendek kalau tidak dirawat,” kata dia saat berbincang dengan Esposin di Gelar Bonsai Boyolali, Senin (1/7/2024).
“Enggak khawatir kalau belum laku, karena bonsai yang saya bawa itu perjalanannya masih panjang untuk jadi bonsai yang lebih bagus. Yang Rp200 juta itu sudah hampir 20 tahun, bonsai itu tidak ada batas umur. Tapi bisa umurnya pendek kalau tidak dirawat,” kata dia saat berbincang dengan Esposin di Gelar Bonsai Boyolali, Senin (1/7/2024).
Ia mengatakan pohon bonsai seharga Rp200 juta ia beli dari seorang master bonsai internasional di angka Rp100 juta ke atas. Kunci bonsai dengan harga mahal, menurut Joko, dilihat dari nilai seni oleh pencintanya mulai dari bentuk pohon yang bagus, perawatan, dan sebagainya.
Selain itu, ia mengatakan bonsai yang diikutsertakan dalam kompetisi atau pameran dan menyabet gelar juara biasanya akan naik harganya. Joko mengaku pernah menjual satu pohon bonsai seharga Rp75 juta pada 2022.
Ia mengatakan pohon tersebut sedang diistirahatkan dan dirawat di rumah. Saat ini, Joko memiliki 100-an pohon kecil bahan bonsai dengan harga ratusan ribu rupiah serta 10 pohon bonsai besar.
Ia mengatakan bisnis bonsai adalah bisnis hobi, sehingga Joko tak mengandalkan hidup dari bertani bonsai. Sehari-hari, ia hidup utama dari bertani dan bonsai menjadi sambilannya.
“Saya sandingkan di lahan sayuran dan bonsai untuk investasi jangka panjang. Misal ada tempat tertentu yang tidak bisa ditanami bonsai karena susah ditanam sayur, di situ saya tanami bonsai biar produktif,” kata dia.
Joko mengatakan sebelum menggeluti bonsai, dulunya ia memelihara sapi. Namun sejak 2019 atau tepat setahun bergelut di dunia bonsai akhirnya berhenti memelihara sapi. Alasannya perawatan bonsai lebih mudah dibandingkan sapi.
Sementara itu, sekitar 280 pohon bonsai dipamerkan dalam Gelar Bonsai Boyolali III yang diinisiasi Komunitas Belajar Bonsai Boyolali di halaman Kantor Setda Boyolali selama tujuh hari, Senin-Minggu (1-7/7/2024).
Ratusan pohon bonsai itu pamerkan dan diperjualbelikan dengan harga mulai ratusan ribu rupiah hingga lebih dari Rp200 juta. Ketua Komunitas Belajar Bonsai Boyolali, Sindu Budoyo, menyampaikan setelah sukses dengan Gelar Bonsai I dan II, komunitasnya kembali menggelar bursa bonsai untuk kali ketiga.
“Jumlahnya ada 280 pohon, sedangkan jenisnya ada sekitar 12. Ada jenis serut yang endemik, ada bugenvil, asam jawa, geometri, dan masih banyak lagi,” kata dia saat dijumpai Esposin di lokasi acara, Senin.
Dari pantauan Esposin, harga termurah ada di angka ratusan ribu rupiah dan termahal mencapai Rp200 juta. Pohon bonsai termahal berjenis Geometri milik warga Penggung, Boyolali. Sindu mengatakan jenis pohon bonsai Geometri bukan endemik di Indonesia melainkan dari negara lain.