Langganan

Gamelan Kaca di Festival Jenang Katul Karangpandan Karanganyar - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Akhmad Ludiyanto  - Espos.id Solopos  -  Senin, 4 Juli 2022 - 07:57 WIB

ESPOS.ID - Salah satu alat gamelan kaca. (Solopos.com/Akhmad Ludiyanto)

Esposin, KARANGANYAR—Di Dusun Katak, Desa Gondangmanis, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar diadakan pentas seni, Sabtu (25/6/2022) pekan lalu.

Beragam kesenian ditampilkan di panggung yang didirikan di area persawahan setempat. Mulai dari seni tari, seni musik, hingga musik kontemporer.

Advertisement

Ada beberapa keunikan pada pentas yang diadakan di dusun yang berjarak sekitar 17 kilometer (km) ke arah timur dari kota Karanganyar tersebut.

Antara lain, sebagian petampil adalah seniman mancanegara yang sedang menempuh studi atau melakukan penelitian di Indonesia.

Advertisement

Antara lain, sebagian petampil adalah seniman mancanegara yang sedang menempuh studi atau melakukan penelitian di Indonesia.

Misalnya Victor, warga Meksiko yang merupakan mahasiswa S-3 di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, ia mementaskan seni kontemporer.

Selain itu, ada Sean Hayward, warga Amerika yang sedang melakukan penelitian di Banyumas, Jawa Tengah yang memainkan gending Jawa.

Advertisement

“Pesertanya ada banyak, dari kalangan anak-anak dan seniman lokal. Ada Mbak Dona dari Solo dan Mbak Elly dari Blora. Kebetulan ada teman seniman dari mancanegara yang sedang berada di Indonesia sehingga saya ajak sekalian untuk tampil di festival. Ada Victor dari Meksiko dan ada Sean dari Amerika Serikat,” ujar Sunarso saat ditemui di sanggarnya, Sabtu (2/7/2022).

Uniknya lagi, gamelan yang digunakan itu  terbuat dari kaca bekas dan botol bekas, bukan dari logam tembaga seperti gamelan lain pada umumnya.

Jenisnya juga beragam, mulai dari bonang barung, bonang penerus, slenthem, demung, saron, saron penerus, kethuk, kenong, hingga gong.

Advertisement

Semuanya dibuat dengan kaca bekas. Meskipun terbuat dari kaca, suara yang dihasilkan sama dengan gamelan konvensional.

Menurut Sunarso, gamelan tersebut merupakan kreasi seniman Muhammad Sultoni atau biasa disapa Toni Konde yang tinggal di Solo.

“Suara dan nada gamelan kaca ini sama dengan gamelan konvensional. Hanya, memukulnya tidak boleh terlalu keras. Harus dengan rasa. Kalau tidak, kaca ini akan pecah,” ujar alumnus Seni Karawitan di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo ini.

Advertisement

Sementara itu, pentas seni tersebut merupakan bagian dari Festival Jenang Katul yang diselenggarakan selama tiga hari sejak Jumat hingga Minggu (24-26/6/2022). Dalam festival tersebut juga diadakan lomba melukis dan mewarnai pada dan lomba tari.

Festival perdana di Dukuh Katak tersebut digagas oleh istri Sunarso, Ratih Kusumadewi.

Tujuannya antara lain memajukan seni budaya di desa setempat serta meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dengan melibatkan mereka dalam kegiatan pendukung seperti bazar.

Ia berharap festival itu bisa diselenggarakan secara rutin setiap tahun dan diadakan lebih besar.

“Desa kami dulu dilabeli Inpres Desa Tertinggal [IDT]. Kami ingin mengubahnya dengan menghidupkan kesenian di tengah masyarakat yang nantinya diharapkan bisa membawa dampak ekonomi atau menyejahterakan masyarakat. Karena di festival ini juga ada bazarnya,” ujarnya.

Advertisement
Ahmad Mufid Aryono - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif