by Ponco Suseno - Espos.id Solopos - Jumat, 8 Oktober 2021 - 20:57 WIB
Esposin, KLATEN—Warga di Kenteng RT 009/RW 004, Desa Ngerangan, Kecamatan Bayat, Klaten, menyulap tiwul yang dikenal sebagai makanan jadul menjadi makanan kekinian yang digandrungi para pencinta kuliner di era milenial.
Tiwul bikinan emak-emak di Dukuh Kenteng, Desa Ngerangan semakin spesial karena dilengkapi sambal edyan, yakni sambal super pedas. Di samping itu diberi daun pepaya dan aneka lauk sesuai keinginan pengunjung.
Gubuk tiwul berada di Kenteng RT 009/RW 004, Desa Ngerangan, Kecamatan Bayat. Kuliner dengan nuansa desa itu dikelola anggota PKK RT 009 di Ngerangan di bawah bimbingan BUMDesa Ngerangan.
Baca Juga: Kabar Gembira! 2 Jalur Pendakian Gunung Merbabu Kembali Dibuka
Baca Juga: Kabar Gembira! 2 Jalur Pendakian Gunung Merbabu Kembali Dibuka
Gubuk tiwul berada di lahan milik ketua RT 009, Dirjo Suwanto yang berada di pinggir Kali Kenteng. Sejak di-launching, 28 Agustus 2021, gubuk tiwul sudah ramai dikunjungi para pencinta kuliner asal Klaten dan sekitarnya. Termasuk dari Tegal, Semarang, Ponorogo, dan lainnya.
Tiwul bikinan emak-emak warga di Dukuh Kenteng berbahan utama ketela berkualitas. Gubuk tiwul dibuka setiap hari, mulai pukul 07.00 WIB-14.00 WIB.
Baca Juga: Ada TWK di Pengisian Perangkat Desa Kabupaten Wonogiri
Tiwul bikinan warga Ngerangan disajikan dengan berbagai sajian. Untuk menambah ciri khas tiwul Ngerangan, makanan jadul itu dipadu dengan sambal ekstra pedas alias sambal edyan. Hal itu seperti tiwul sambal bawang (Rp5.000), tiwul sambal bawang plus (Rp7.000), tiwul uleng sambal bawang (Rp5.000), dan tiwul uleng sambal bawang plus (Rp7.000).
Kemudian tiwul geprek ayam (Rp8.000), tiwul uleng geprek ayam (Rp8.000), tiwul geprek bandeng (Rp11.000), dan tiwul uleng geprek bandeng (Rp8.000). Selain itu tiwul goreng (Rp5.000), tiwul uleng goreng (Rp5.000), tiwul goreng spesial (Rp8.000), dan tiwul manis (Rp5.000).
"Ini menjadi inovasi warga di Ngerangan. Murni dari ibu-ibu PKK. Memang sudah semestinya di setiap daerah menonjolkan potensi desa masing-masing," kata Camat Bayat, Joko Purwanto.
Baca Juga: Wisata di Wonogiri Boleh Buka, Anak 12 Tahun ke Bawah Dilarang Masuk
Gubuk tiwul dibangun dengan gotong royong. "Modal awal membangun gubuk tiwul ini hanya Rp320.000. Di hari ke-12 setelah di-launching [28 Agustus 2021], sudah memperoleh Rp12,5 juta. Omzet di sini, Rp1 juta di hari biasa (Senin-Jumat). Kalau Minggu bisa Rp1,5 juta-Rp2 juta per hari. Kalau pengunjung di gubuk tiwul ini rata-rata 250 orang," kata Gunadi.