by Ivan Andi M Jibi Solopos - Espos.id Solopos - Rabu, 28 Mei 2014 - 02:30 WIB
Ia berharap siswa yang lebih besar menyayangi siswa lebih kecil. Sementara siswa yang lebih kecil menghormati siswa yang lebih besar.
"Saya berharap keluarga pelaku dan keluarga Fajar Murdiyanto [siswa korban pemukulan yang meninggal dunia] tidak ada dendam. Dulu sempat ada mediasi," terangnya.
Hartana mengakui dirinyalah yang dulu meminta pihak sekolah menerima pelaku pemukulan. Pasalnya, pelaku yang sebenarnya sudah dikeluarkan dari SDN 1 Klumprit itu tetap malas belajar setelah dipindah ke SD Cangkol, Mojolaban.
"Saya mohon N diterima lagi di sekolah ini. Dia kan harus ikut program wajib belajar. Kita punya sekolah [SDN 1 Cangkol], masa ada anak seumuran SD tidak diterima. Saya berharap anak itu bisa sekolah dan rajin belajar karena jarak rumah dengan sekolahnya dekat," papar dia.
Namun, Hartana mengakui Fajar menjadi tumpuan belajar N. Menurutnya Fajar sangat takut kepada N. "Tiap hari Fajar ngampiri N ke rumahnya. Kalau bukan karena takut lalu bagaimana? N itu memang badannya agak besar dan pendiam," terang dia.
Salah satu siswa SDN 1 Klumprit yang enggan disebutkan namanya mengatakan N dikenal sebagai siswa yang nakal. Bahkan, ia pernah melihat N memukuli Fajar di dekat musala sekolah.
"Waktu itu sekitar pukul 06.30 WIB. Sekolah belum banyak orang," katanya.
Siswa lain menambahkan, meski berbuat kasar kepada Fajar, N menurutnya tak berani berhadapan dengan anak lain. "Beraninya cuma sama Fajar," kata dia.
Bupati Sukoharjo, Wardoyo Wijaya, menilai kasus kekerasan hingga menyebabkan kematian terhadap siswa di Mojolaban mencoreng dunia pendidikan di Sukoharjo. Ia menyesalkan kejadian itu sampai terjadi di Kota Makmur.