by Muhammad Diky Praditia - Espos.id Solopos - Senin, 24 Oktober 2022 - 15:04 WIB
Esposin, WONOGIRI -- Transaksi nontunai melalui quick response code indonesian standard (QRIS) di Wonogiri belum menyasar sektor transportasi umum. Alih-alih memudahkan, para sopir menilai penggunaan QRIS saat ini justru akan menyulitkan baik sopir maupun penumpang.
Di sisi lain, meski tidak lebih dari 10% dibanding transaksi tunai, pelaku usaha mikro kecil (UMK) menilai penggunaan QRIS untuk transaksi nontunai sudah mulai meningkat di Wonogiri.
Ketua Paguyuban Sopir Angkutan Kota (Angkuta) Wonogiri, Suprapto, mengatakan sudah ada sosialisasi dan promosi dari bank di Wonogiri tentang penggunaan QRIS sebagai pembayaran nontunai kepada sopir angkuta Wonogiri. Namun, dia menilai sopir dan penumpang angkuta belum siap menggunakan QRIS.
Menurutnya, belum semua sopir angkuta mempunyai telepon pintar yang digunakan untuk mengakses QRIS. Selain itu, sejumlah penumpang juga menilai penggunaan QRIS justru menyulitkan pembayaran. Terlebih pengguna angkuta lebih banyak merupakan warga kelas menengah ke bawah.
Menurutnya, belum semua sopir angkuta mempunyai telepon pintar yang digunakan untuk mengakses QRIS. Selain itu, sejumlah penumpang juga menilai penggunaan QRIS justru menyulitkan pembayaran. Terlebih pengguna angkuta lebih banyak merupakan warga kelas menengah ke bawah.
“Kalau pakai QRIS berarti harus punya telepon pintar. Padahal pengguna angkuta itu biasanya warga kelas menengah ke bawah yang jarang punya telepon pintar dan gagap teknologi. Kemarin saya juga tanya ke beberapa penumpang anak SMA. Menurut mereka itu justru bikin ribet,” kata Suprapto kepada Esposin, Senin (24/10/2022).
Baca Juga: Dukung QRIS di Pasar Tradisional Wonogiri, Diskominfo Jamin Ketersediaan SinyalSelain masyarakat menengah bawah, lanjut Suprapto, pengguna angkuta banyak dari kalangan pelajar. Mereka biasa menggunakan angkuta saat jam berangkat dan pulang sekolah. Jika pembayaran mereka nontunai, Suprapto menilai hal itu akan merepotkan pelajar.
Dia menambahkan, penggunaan QRIS di angkutan umum memang sudah ditetapkan di beberapa kota besar di Indonesia. Di Wonogiri, hal itu belum bisa diterapkan saat ini. Masih perlu waktu untuk menciptakan ekosistem yang siap menggunakan QRIS.
Pemilik Kedai Kopi Wonogirich, Yosef Bagus Adi Santoso, mengatakan kedainya sudah menggunakan QRIS sebagai pembayaran nontunai dalam beberapa tahun terakhir. Dulu, Bagus menggunakan QRIS yang disediakan sebuah aplikasi. QRIS itu digunakan untuk melayani pembeli dalam jaringan dari luar kota.
Baca Juga: Perlu Tahu, Ini Kemudahan yang Didapat saat Pakai QRIS AntarnegaraKini, kedai kopi milik Bagus sudah menyediakan QRIS yang disediakan salah satu bank pelat merah. Menurutnya, saat transaksi nontunai menggunakan QRIS sudah mulai meningkat. Beberapa pelanggan Kedai Kopi Wonogirich yang rata-rata merupakan milenial sudah menggunakan QRIS.
“QRIS ini cukup memudahkan, apalagi kalau ada pembeli yang ternyata bawa uang tunai tapi kurang, mereka cukup pakai QRIS untuk mentransfer uang sisa kekurangannya. Ada juga bayar melalui QRIS meski transaksinya Rp10.000. Jadi cukup memudahkan meski dibanding transaksi tunai, transaksi nontunai melalui QRIS ini masih sekitar 10%. Potongan administrasi yang ditanggungkan kepada penjual juga enggak banyak, enggak sampai 1% [dari nilai transaksi],” ucap Bagus.
Seperti diketahui penggunaan QRIS di Wonogiri menjadi yang terendah di eks karesidenan Solo. Merchant atau pedagang pengguna QRIS di Wonogiri hanya 8% atau 28.672 dari total 358.410 pengguna di Soloraya.
Pemkab dan bank-bank pelat merah di Wonogiri pun kini mulai gencar menyosialisasikan penggunaan QRIS. Hal itu untuk meminimalisasi transaksi tunai sehingga dapat menurunkan risiko penipuan uang palsu. Terlebih di pasar-pasar tradisional.
Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian dan Perdagangan (KUKM Perindag) Wonogiri, Wahyu Widayati, mengatakan bakal terus menyosialisasikan penggunaan QRIS secara bertahap pada para pedagang. Sebab, tak sedikit pedagang atau masyarakat yang masih gagap teknologi.
Hal itu termasuk tak memiliki ponsel pintar. Sosialisasi dan implementasinya bakal dilakukan awal November 2022.
“Masih ada kesenjangan antara yang sudah paham IT [teknologi] dan ketinggalan. Pedagang di pasar itu heterogen tingkat pendidikannya. Ada yang sudah punya HP Android dan ada yang tidak punya. Jadi belum bisa menggeneralisasikan,” ungkap Wahyu kepada Esposin, Selasa (4/10/2022).
Sementara itu, baru-baru ini BPR BKK Wonogiri meluncurkan QRIS. Penggunaan QRIS dari BPR BKK akan menyasar ke pelaku UMKM dan pedagang di pasar.
Baca Juga: Pasar Krempyeng Saradan Wonogiri, Upaya Tingkatkan Ekonomi & Tekan UrbanisasiDirektur BPR BKK Wonogiri, Sarti, menyampaikan penggunaan QRIS sudah diujicobakan. Adapun potongan sebanyak 0,7% akan ditanggung oleh pembeli.