Langganan

Digitalisasi di Pelosok Negeri, Kisah dari SMKN 1 Bulukerto Wonogiri

by Dhima Wahyu Sejati  - Espos.id Solopos  -  Sabtu, 5 Oktober 2024 - 12:16 WIB

ESPOS.ID - Para siswa SMKN 1 Bulukerto, Wonogiri, berkegiatan di laboratorium komputer sekolah mereka, Kamis (3/10/2024). (Espos/Dhima Wahyu Sejati)

Esposin, WONOGIRI — Transformasi digital sangat penting untuk mempercepat dan memperluas akses pendidikan terutama di perdesaan. Hal itu disadari betul oleh pengelola SMKN 1 Bulukerto, Wonogiri.

Sekolah kejuruan itu terletak di Dusun Payaman, Bulukerto, Wonogiri. Memerlukan waktu satu jam lebih dari pusat kota Kabupaten Wonogiri dan dua jam dari Kota Solo untuk sampai di sekolah tersebut. Jarak sekolah itu dari pusat Kabupaten Wonogiri lebih dari 50 km ke arah timur.

Advertisement

Akses jalan menuju sekolah tersebut, saat Espos berkunjung ke sana pada Kamis (3/10/2024), cukup baik. Jalan yang dilewati sudah beraspal tapi sedikit berkelok-kelok karena sekolah tersebut berada di kawasan berbukit. Sepanjang perjalanan lebih banyak melewati persawahan ketimbang permukiman penduduk.

Meski jauh dari pusat kota kabupaten, SMKN 1 Bulukerto sudah menerapkan ekosistem digital. Transformasi digital di SMK tersebut bahkan sudah berjalan sejak sebelum pandemi Covid-19. 

Dari pantauan Espos, Kamis, sekolah yang dibangun di lahan seluas 3 hektare itu dilengkapi jaringan Internet untuk mendukung ekosistem digital. Di beberapa sudut sekolah terpasang perangkat penangkap sinyal WiFi. 

Advertisement

Internet yang terpasang dimanfaatkan para siswa untuk menunjang pembelajaran. Salah satunya siswa Kelas XI Pengembangan Perangkat Lunak dan Gim (PPLG) 3 SMKN 1 Bulukerto, Eva Dwi Larasati, 16.

Kepada Espos yang mengajaknya berbincang, Kamis, ia mengaku baru selesai mengerjakan tugas sekolah. Melalui telepon pintarnya yang terhubung dengan jaringan Internet sekolah, ia mengerjakan tugas tersebut.

Ketika mengerjakan soal, dia tidak perlu menggunakan kertas lagi. Dia cukup menggunakan aplikasi dari telepon pintarnya untuk mengunggah tugasnya sesuai arahan guru. Hal yang sama dia lakukan ketika mengerjakan ulangan dan ujian sekolah.

Gedung sekolah SMKN 1 Bulukerto, Wonogiri, Kamis (3/10/2024). (Espos/Dhima Wahyu Sejati)

 

Advertisement

Aplikasi yang digunakan Eva untuk mengerjakan tugas-tugas sekolahnya adalah Pijar Sekolah. Dia mengatakan penggunaan aplikasi digital membuat proses mengerjakan tugas sampai pelaksanaan ujian lebih efektif dan efisien.

“Ketika menggunakan aplikasi lebih efektif dan efisien. Terutama penggunaan waktu itu semakin cepat, kalau di HP lebih suka bacanya daripada di kertas yang berlembar-lembar,” kata dia.

Aplikasi Pijar Sekolah digunakan untuk Ujian Sekolah Berbasis Aplikasi (USBA). Ini juga memudahkan para guru dalam membuat soal, melakukan penjadwalan ujian, mengawasi ujian, dan memeriksa hasil ujian.

Aplikasi Prakerin Online

Manfaat digitalisasi di SMKN 1 Bulukerto, Wonogiri, juga didapat siswa Kelas XII PPLG 1, Alfin Aditiya Pratama, 17, yang sedang melaksanakan Praktik Kerja Industri (Prakerin). Selama Prakerin, dia tidak lagi melaporkan kegiatanya di industri secara manual. 

Advertisement

Alfin cukup melaporkan aktivitasnya melalui aplikasi Prakerin Online yang dibuat SMKN 1 Bulukerto. “Kami tidak perlu mengisi jurnal manual lagi. Kalau saya lebih nyaman seperti ini, karena kan saya juga sudah terbiasa dengan digital,” kata dia.

Termasuk mengisi presensi kedatangan dan kepulangan selama Prakerin berlangsung, Alfin mengaku lebih tenang karena guru pembimbing lebih efektif mengawasi siswa yang sedang magang dari jarak jauh.

“Jadi pembina bisa memantau apa kegiatan kami saat Prakerin. Nanti pembina juga bisa memberikan umpan balik kepada kami,” kata dia.

Kepala SMKN 1 Bulukerto, Wonogiri, Joko Widagdo, mengatakan transformasi digital sudah dilakukan di sekolahnya bahkan sebelum pandemi Covid-19. Sebelum semua orang dipaksa belajar secara daring, SMKN 1 Bulukerto sudah menerapkan digitalisasi.

Advertisement

Dia mengatakan transformasi digital itu didasari kebutuhan siswa yang harus mengikuti program magang industri di luar daerah seperti Cikarang dan Karawang. Waktu pemagangan bisa mencapai enam bulan sementara para siswa tetap harus mengikuti materi pembelajaran dari sekolah.

“Sejak tahun 2018-2019 kami sudah bertransformasi ke digital. Karena ada kebutuhan siswa tetap perlu mengikuti kegiatan belajar sehingga perlu dibuat kelas jarak jauh menggunakan aplikasi, jadi kami memberikan materi lewat kelas online,” kata dia.

Beberapa siswa SMKN 1 Bulukerto, Wonogiri, memasuki lobi depan gedung sekolah mereka, Kamis (3/10/2024). (Espos/Dhima Wahyu Sejati)

 

Bursa Kerja Online

Dia mengatakan sebelum semua serbadigital, penggunaan kertas di sekolahnya terbilang sangat tinggi. Sehingga tidak terlalu efisien dan memakan banyak tempat. Selain itu juga memerlukan biaya operasional yang lebih.

Termasuk dalam proses membuat soal ujian, mengoreksi, hingga input nilai, sebelumnya dilakukan secara manual. Hal itu membuat prosesnya memakan waktu lama. Waktu guru habis untuk mengurus administrasi saja.

“Kalau dulu misalnya siswa-siswi kami harus mengerjakan soal dengan menggunakan kertas, kemudian guru mengoreksi, harus laporan ke panitia tes, untuk saat ini kan sudah bisa dengan cepat tersampaikan. Sehingga lebih cepat,” kata dia.

Advertisement

Selain menggunakan Pijar dan Prakerin, SMKN 1 Bulukerto juga membuat aplikasi khusus untuk Bursa Kerja Khusus (BKK) bernama BKK Online. Aplikasi itu mempermudah untuk menyalurkan lulusan sekolah tersebut ke dunia kerja.

“Proses pemanggilan siswa, pengumuman, pelaporan hasil rekrutmen ke dinas, itu bisa lewat aplikasi tersebut. Sehingga proses rekrutmen atau proses seleksi ketenagakerjaan jadi lebih mudah,” kata dia.

Dia mengatakan ke depan akan menerapkan ekosistem digital secara menyeluruh mulai dari kedatangan, absensi, kegiatan belajar mengajar, sampai kepulangan siswa.

“Kami saat ini sedang merencanakan dan memetakan apa saja kegiatan sekolah atau keperluan sekolah yang kiranya lebih efisien jika menggunakan teknologi digital. Tujuannya tentu meningkatkan mutu layanan kami untuk siswa yang dititipkan kepada kami,” kata dia.

Plt Kepala Cabang Dinas Pendidikan Jawa Tengah Wilayah VI, Agung Wijayanto, mengatakan digitalisasi terutama dalam bidang pendidikan merupakan keniscayaan. Ia pun mendukung sekolah yang berusaha membuat ekosistem digital untuk meningkatkan layanan kepada siswa.

“Pada prinsipnya mau tidak mau, suka tidak suka, kita sudah memasuki era perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin pesat. Jadi sekolah mulai dari gurunya sampai sistemnya itu sudah harus digital,” kata dia.

Agung mengatakan ekosistem digital yang dibangun di sekolah itu bisa berdampak pada efisiensi anggaran, sumber daya, hingga waktu.

Digitalisasi Pendidikan

SMKN 1 Bulukerto, Wonogiri, merupakan satu dari sekian banyak sekolah yang sudah menerapkan ekosistem digital di dunia pendidikan. Sejak awal masa pemerintahan Presiden Jokowi pada 2014 lalu, pemerintah terus mendorong transformasi digital.

Kantor Bursa Kerja Khusus (BKK) SMKN 1 Bulukerto, Wonogiri, yang dilengkapi juga dengan aplikasi BKK Online untuk memudahkan dalam menyalurkan lulusan ke dunia kerja. Foto diambil Kamis (3/10/2024). (Espos/Dhima Wahyu Sejati)

 

Tidak hanya di dunia pendidikan tapi juga di semua lini kehidupan, mulai dari penyelenggaraan pemerintahan, perekonomian, pelayanan kesehatan, hingga penanganan isu lingkungan. Digitalisasi dianggap bukan lagi pilihan atau kemewahan melainkan keharusan agar tetap relevan dan kompetitif di era yang serbacepat.

Transformasi digital tidak hanya soal memaksa para siswa untuk belajar secara online, tapi juga mendorong para pelaku usaha kecil untuk berjualan secara online. Pemerintah pun mendukung transformasi digital dengan pembangunan infrastruktur digital untuk memberikan akses Internet kepada semua orang sehingga tidak ada lagi blank spot terutama di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar.

Berdasarkan data Bakti Kominfo 2024, total akses Internet saat ini ada 18.697 lokasi dengan total jumlah BTS On Air sebanyak 7.283 lokasi. Kemudian total Utilisasi Palapa Ring dengan fiber optik (FO) mencapai kapasitas 766 Gbps + MW 4.700 Mbps.

Di dunia pendidikan, berdasarkan data Kemendikbudristek yang disampaikan saat Rapat Kerja Kemendikbudristek dan Komisi X DPR RI di Gedung Nusantara DPR RI, Jakarta, Rabu (5/6/2024), disebutkan sebanyak 1.382.512 perangkat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah diberikan ke 79.259 sekolah untuk mendukung program digitalisasi sekolah dasar dan menengah.

Termasuk di dalamnya, empat platform digital, yakni Platform Merdeka Mengajar (PMM), platform Kampus Merdeka, platform Sumber Daya Sekolah, serta platform Profil Rapor Pendidikan dan Manajemen Data serta Infrastruktur. 

“Para guru sudah menggunakan PMM dan lebih dari 1,3 juta perangkat TIK telah terdistribusi. Ini di luar aplikasi-aplikasi gratis yang diberikan kepada sekolah, kepala sekolah dan guru,” ungkap Mendikbudristek Nadiem Makarim seperti dikutip dari laman Kemendikbudristek.

Advertisement
Suharsih - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif