by Kurniawan - Espos.id Solopos - Kamis, 3 September 2020 - 00:02 WIB
Esposin, SOLO -- Kelompok Gondhez’s pernah mencapai masa kejayan dalam dunia gangster saat mengelola bisnis perjudian Capjikia dengan wilayah operasi Solo, Karanganyar, dan sekitarnya.
Bisnis itu beroperasi sekitar 1999 hingga 2005. Usaha itu tutup ketika Kapolri Jenderal Pol Sutanto yang mulai menjabat pada Juli 2005 gencar melarang praktik perjudian. Namun kurun waktu enam tahun beroperasi, kelompok yang lebih akrab dengan singkatan GDZ’s ini sudah meraup untung sangat besar.
Saat berbincang dengan Esposin pada Sabtu (15/8/2020) lalu, pimpinan Gondhez’s, Nunggal, mengonfirmasi informasi tersebut. Menurut dia, kala itu pengelola bisnis perjudian capjikia adalah kelompok Singo Lawu yang merupakan bagian dari organisasi Gondhez’s Solo.
“Dulu seluruh anggota Gondhez’s saya ajak kerja sama mengelola bisnis itu. Semua panglima-panglima saya kerja semua. Mulai dari struktur dari tambang yang melayani pembeli, pengepul, hingga pusatnya Singo Lawu. Omzetnya besar sekali,” ujarnya.
Dalam satu kali 'bukaan' perjudian itu, Singo Lawu bisa meraup omzet mencapai Rp400 juta. Padahal dalam sehari bisa sampai tujuh kali 'bukaan'. “Yang membuat dulu kelompok Gondhez’s semakin besar salah satunya ya dari bisnis itu,” sambung Nunggal.
Setelah berakhirnya era judi capjikia oleh Singo Lawu, Gondhez’s Solo mulai menggeser bisnis mereka ke perjudian sepak bola. Kendati omzet dari bisnis judi bola ini tak sebesar perjudian capjikia, tapi uang taruhan Gondhez’s saat itu juga terbilang besar.
Kisah Gondhez's dan DMC Solo: Dulu Sering Bentrok, Kini Saling Menjaga
Selain pertandingan sepak bola pada akhir pekan, ketika itu ada juga pertandingan pada pertengahan pekan. Sedangkan pertandingan sepak bola yang masuk ajang perjudian yaitu berbagai liga kelas dunia, seperti liga negara-negara Eropa serta turnamen internasional.
Ihwal aktivitas bisnis Gondhez’s Solo kala itu yang cenderung melanggar hukum, Nunggal menjawab spontan sembari tersenyum. “Lah bisa kerjanya cuma dari situ dulu,” katanya.
Menguak Kehidupan Gangster Solo: Inilah Preman Paling Ditakuti Selama 36 Tahun Terakhir!
Kini dengan usianya yang sudah paruh baya, Nunggal menekuni bisnis jual beli burung. Ia memelihara burung di rumahnya yang setiap pagi ia bersihkan dan beri makan.
Sesekali ia juga mengikuti kontes atau lomba burung Soloraya. “Sekarang saya ngopeni manuk. Sama kadang nengok dua cucu saya yang tinggal di Kelurahan Mojosongo,” katanya.