Langganan

Bukan Jepang, Bunga Tabebuya yang Bermekaran di Solo Ternyata dari Brasil

by Candra Septian Bantara  - Espos.id Solopos  -  Selasa, 1 Oktober 2024 - 16:31 WIB

ESPOS.ID - Bunga-bunga tabebuya berwarna kuning dan merah muda bemekaran di Jl Ir Juanda, Pucang Sawit, Jebres, Solo, Selasa (1/10/2024).

Esposin, SOLO -- Sepekan terakhir pemandangan sejumlah kawasan di Solo serasa seperti musim semi di Jepang dengan mekarnya bunga tabebuya berwarna putih, kuning, dan merah muda di tepi jalan.

Fenomena ini ternyata menarik banyak orang untuk mengabadikan momen tersebut baik lewat foto maupun video untuk kemudian diunggah di media sosial.

Advertisement

Pantauan Espos, Selasa (1/10/2024), keindahan bunga dengan nama lain terompet kuning ini terlihat di tiga kawasan, yakni Jl Urip Sumoharjo depan Pasar Gede, Jl Jenderal Sudirman area Balai Kota Solo ke selatan, dan Jl Ir Juanda, Pucang Sawit, Jebres. 

Bunga-bunga berwarna-warni itu membuat ketiga ruas jalan itu seperti musim semi di Jepang saat bunga sakura bermekaran. Namun ternyata bunga tabebuya bukanlah berasal dari Jepang melainkan dari Amerika Selatan, tepatnya Brasil dan Argentina.

Advertisement

Hal itu diungkapkan Dosen Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman Program Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Mercy Bientri Yunindanova. Ia mengatakan tanaman tabebuya sebenarnya berasal dari Brasil dan Argentina.

Tanaman yang biasa disebut golden trumpet tree atau terompet kuning ini memiliki nama latin Handroanthus chrysotrichus yang diambil dari nama seorang ahli tanaman atau botani asal Brasil.

Advertisement

“Nama latin bunga tabebuya adalah Handroanthus chrysotrichus untuk menghormati ahli tanaman atau botanis asal Brasil abad ke-20, Oswaldo Handro. Kemudian anthus itu sendiri artinya bunga sedangkan chrysotricus maknanya emas,” kata dia saat diwawancarai Espos, Selasa (1/10/2024).

Dia menjelaskan setiap satu bunga tabebuya umumnya mekar selama 5-7 hari. Hanya karena dalam satu pohon punya banyak bunga maka durasi mekar bunga tanaman tersebut bisa mencapai 2-4 pekan untuk negara dengan iklim tropis.

Mekar Setahun Sekali

Sedangkan di negara dengan lebih dari dua musim, bunga ini bisa mekar lebih dari dua bulan. Menurut dosen yang sedang menempuh studi S3 di Osaka, Jepang, itu, faktor yang membuat bunga tabebuya mekar ada tiga. Pertama, suhu udara yang meningkat, kedua, intensitas cahaya, dan ketiga, ketersediaan air.

“Di daerah tropis bunga ini mekar pada musim kemarau karena ada peningkatan suhu menjadi lebih hangat. Ditambah tipikal tanaman ini membutuhkan pencahayaan yang cukup. Sehingga dalam satu tahun hanya mekar sekali saja,” papar dia.

Mercy menyebut mekarnya bunga tabebuya mirip dengan mekarnya bunga sakura di Jepang. Sehingga dia tidak menyalahkan bila banyak orang menilai bunga tabebuya adalah bunga sakuranya Indonesia.

Hanya, kata dia, di Jepang fenomena mekarnya bunga sakura dijadikan sebagai momen hanami, yang artinya melihat bunga mekar dan bahkan dijadikan momen wisata. Oleh karenanya dia mengusulkan agar momen mekarnya bunga tabebuya di Solo juga bisa dijadikan daya tarik wisata.

“Di Jepang pemerintah berkolaborasi dengan ilmuwan untuk memprediksi kapan sakura mekar di masing-masing wilayah. Itu di sini bisa menjadi satu momentum untuk peningkatan pariwisata. Nah hal seperti itu sebetulnya bisa juga dibuat di Indonesia khususnya Solo untuk pariwisata misalnya momen melihat bunga tabebuya,” jelas dia.

Advertisement
Suharsih - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif