by R Bony Eko Wicaksono - Espos.id Solopos - Senin, 20 Juni 2022 - 10:46 WIB
Esposin, SUKOHARJO -- Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Kenokorejo, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah mengalokasikan anggaran Rp100 juta untuk membeli gabah hasil panen petani saat masa panen padi.
Terobosan ini dilakukan untuk memberantas tengkulak dan memangkas mata rantai pemasaran yang mengakibatkan pendapatan petani rendah.
Kepala Desa Kenokorejo Polokarto, Hendri Purnomo, mengatakan sistem korporasi petani diterapkan guna memangkas mata rantai pemasaran yang panjang. Hal ini mengakibatkan pendapatan petani rendah.
“Kami ingin kesejahteraan petani meningkat. Salah satu upayanya dengan membeli langsung gabah petani di sawah. Tak lagi menjual gabah kepada tengkulak. Anggarannya sekitar Rp100 juta selama setahun,” kata dia kepada Esposin, Senin (20/6/2022).
“Kami ingin kesejahteraan petani meningkat. Salah satu upayanya dengan membeli langsung gabah petani di sawah. Tak lagi menjual gabah kepada tengkulak. Anggarannya sekitar Rp100 juta selama setahun,” kata dia kepada Esposin, Senin (20/6/2022).
Saat musim panen padi, lanjutnya, para tengkulak menyerbu ke sawah-sawah petani. Mereka memahami kondisi pertanian di setiap wilayah perdesaan sehingga tengkulak berkuasa memainkan harga gabah.
Baca Juga : BUM Desa Parangjoro Sukoharjo Garap Unit Usaha Periklanan, Ada Apa?
Padahal, harga gabah yang dibeli tengkulak jauh di bawah harga pembelian pemerintah (HPP). “Gabah hasil panen petani dikelola oleh BUM Desa menjadi produk beras unggulan. Sementara para petani mendapatkan keuntungan yang lebih besar saat masa panen padi,” ujar dia.
Baca Juga : Polokarto Sukoharjo Gelar Expo UMKM, Ini Rangkaian Acaranya
Terlebih, saat ini, para petani diberdayakan untuk menjalankan program indeks pertanaman (IP) 400 yang menjadi super prioritas di Sukoharjo. Lebih jauh, Hendri mengungkapkan terus berkoordinasi dengan petugas penyuluh pertanian lapangan (PPL) dan instansi terkait dalam mengoptimalkan hasil panen padi setiap masa tanam.
“Ini salah satu local wisdom atau kearifan lokal yang berimplikasi positif di sektor pertanian. Yang jelas, tingkat kesejahteraan para petani lebih terjamin,” harap dia.
Dikonfirmasi secara terpisah, Kepala Dinas Pangan Sukoharjo, Endang Tien Maryuni, mengungkapkan sejumlah gabungan kelompok tani (gapoktan) berupaya memperkuat kelembagaan ekonomi petani dengan membentuk badan usaha milik petani (BUMP).
Hal ini bagian dari penguatan sistem kelembagaan ekonomi petani yang dikelola secara profesional. Dia mendorong agar gapoktan lain menerapkan hal serupa guna meningkatkan kesejahteraan petani.
Baca Juga : Joss! Desa di Sukoharjo Ini Tanam Ribuan Pepaya California di Jalan Kampung