Langganan

BATIK NUSANTARA : Kesadaran Berbatik Dinilai Minim - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Ayu Prawitasari Jibi Solopos  - Espos.id Solopos  -  Minggu, 22 September 2013 - 00:30 WIB

ESPOS.ID - Dua pengrajin batik tengah menyelesaikan pembuatan batik tulis dalam pameran Gelar Batik Nusantara 2013 di Jakarta Convention Center, Rabu (17/7/2013).(Rahmatullah/JIBI/Bisnis)

Dua pengrajin batik tengah menyelesaikan pembuatan batik tulis dalam pameran Gelar Batik Nusantara 2013 di Jakarta Convention Center, Rabu (17/7/2013).(Rahmatullah/JIBI/Bisnis)

Esposin, SOLO -- Kesadaran berbatik masyarakat Indonesia dinilai penulis dan pencinta batik, Iwet Ramadhan amat minim. Kondisi demikian itu menurutnya sangat memprihatinkan.

Advertisement

Yang dimaksud Iwet dengan berbatik bukan hanya memiliki busana batik melainkan juga memahami sejarah dan motif batik hingga merawat busana atau kain batik yang telah dimiliki.

Meski busana batik menjadi busana keseharian masyarakat Indonesia terutama Jawa namun soal memelihara kain batik, menurut Iwet dalam acara peluncuran buku Cerita Batik dan kelas batik yang digelar di Atrium Solo Paragon Mall, Sabtu (21/9/2013) banyak yang tidak tahu.

Iwet mengisahkan, sewaktu menyusun buku mengenai batik dirinya harus melakukan riset di sejumlah daerah penghasil batik mulai dari Pekalongan, Jogjakarta serta Solo.

Advertisement

“Untuk bisa menulis tentang batik, saya kan harus tahu makna motif-motif batik. Nah yang memprihatinkan, waktu saya berkunjung ke Jogjakarta dan bertanya mengenai motif batik kepada salah seorang keluarga Keraton, yang bersangkutan tidak tahu sama sekali. Saya kemudian diarahkan untuk melakukan wawancara kepada orang yang dianggap tahu tetapi sayangnya yang dia maksud juga sudah meninggal dunia,” ujarnya kepada pengunjung yang hadir.

Ada banyak motif kain batik yang ada di Nusantara. Di antaranya banyak yang digunakan untuk ritual budaya misalnya menutup jenazah. Iwet mengatakan, orang yang tidak mau memahami motif dimungkinkan memakai motif tersebut. Oleh karenanya pemahaman dan kehatian-hatian sangat diperlukan.

Hanya dari selembar kain batik, Iwet mengungkapkan, dirinya bisa mengetahui budaya serta kondisi sosial masyarakat pembuatnya. Sebagai contoh, batik Solo dia nilai lebih konvensional dibanding batik Jogjakarta yang lebih progresif.

Advertisement
Advertisement
Ahmad Mufid Aryono - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif