by Taufiq Sidik Jibi Solopos - Espos.id Solopos - Selasa, 21 Juni 2016 - 07:10 WIB
Esposin, KLATEN -- Desa Pogung merupakan salah satu dari 20 desa di Kecamatan Cawas, Klaten. Desa itu memiliki sekitar 1.200 keluarga yang sebagian bermata pencaharian sebagai petani. Di desa tersebut, ada sejumlah sumber mata air yang menjadi sumber penghidupan bagi warga setempat.
Salah satu sumber mata air berada di tengah areal persawahan dikelilingi oleh pagar berupa tembok. Di tengah bangunan itu terdapat sebuah pohon berukuran besar.
Sekretaris Desa (Sekdes) Pogung, Hartana, mengatakan ada tujuh sumber mata air atau warga setempat menyebutnya sumur. Ia mengutarakan sumur-sumur tersebut sudah ada sejak zaman dulu.
Ia mengisahkan wilayah Pogung awalnya merupakan hutan belantara. Diantara pepohonan yang ada di wilayah setempat terdapat sumber mata air.
“Seiring perkembangan zaman, kawasan hutan berubah menjadi permukiman dengan sumur itu menjadi sumber mata air. Sejak zaman nenek moyang, sumber mata air itu menjadi sumber kehidupan baik untuk mandi atau sebagainya,” urai dia saat ditemui Esposin, beberapa waktu lalu.
Hartana mengatakan di sekitar sumur sebelumnya terdapat berbagai benda peninggalan bersejarah. Hanya, belakangan benda peninggalan tersebut sudah menghilang lantaran dicuri. “Dulu ada peninggalan Hindu di sana. Hanya, ada beberapa peninggalan itu sudah dicuri orang,” katanya.
Lebih lanjut, Hartana menjelaskan meski sudah berusia ratusan tahun, sumur-sumur yang ada di desa setempat hingga kini masih mengeluarkan air yang menjadi sumber penghidupan bagi warga desa setempat.
Pada musim kemarau, air dari tujuh sumur menjadi andalan warga untuk konsumsi serta mandi. Tak hanya itu, air dari sumur itu juga dimanfaatkan untuk pertanian.
“Sampai sekarang air dari sumur sama sekali tidak tercemar. Kawasan sumur dijaga betul oleh warga. Sampai sekarang masih banyak warga yang mengandalkan air dari sumur itu. Bagi kami, sumur-sumur itu merupakan cagar budaya yang ada di Desa Pogung,” ungkap dia.