by Dhima Wahyu Sejati - Espos.id Solopos - Senin, 9 Januari 2023 - 12:54 WIB
Esposin, SOLO -- Wajah baru koridor Jl Gatot Subroto atau Gatsu-Ngarsopuro (Jl Diponegoro) Solo hasil makeover dengan pendanaan dari Kementerian PUPR memang belum secara resmi dibuka untuk umum meski proyeknya sudah selesai.
Pemkot Solo juga belum mengumumkan konsep seperti apa nanti konsep wisata yang akan ditawarkan di koridor tersebut. Namun, banyak warga masyarakat yang rupanya sudah tidak sabar ingin segera menikmati suasana baru lokasi yang diproyeksikan jadi objek wisata malam tersebut.
Esposin mencoba menyusuri koridor Gatsu-Ngarsopuro pada Minggu (8/1/2023) malam. Perjalanan dimulai dari ujung utara Jl Diponegoro ke selatan sampai Koridor Gatsu.
Sepanjang jalan, terlihat sejumlah orang duduk-duduk di bangku taman jalur pedestrian koridor Ngarsopuro. Mereka tampak menikmati suasana malam yang syahdu di bawah cahaya lampu kekuningan.
Jarak antarlampu tidak terlalu jauh, tak lebih dari satu meter satu sama lain sehingga setiap sudut mendapat penerangan. Pencahayaan yang berwarna keemasan memberikan kesan vintage yang hangat.
Lampu warna kuning juga pas untuk para pengendara yang melintas di Jl Diponegoro, Ngarsopuro. Setidaknya kendaraan yang lewat tidak dibuat silau oleh lampu yang terpasang di sepanjang trotoar koridor Gatsu-Ngarsopuro Solo.
Di tengah-tengah trotoar pohon yang dipertahankan memberikan kesan asri dan menambah kesejukan baik secara pandangan mata maupun suasana. Ini akan semakin membuat nyaman orang yang duduk di bawah pohon.
“Jadi semakin nyaman. Enggak pernah aku seumur-umur hidup di Solo duduk di sini [Ngarsaporo],” kata warga asli Solo itu. Reni juga menilai kawasan itu cukup bersih. Tidak ada sampah yang nampak di trotoar jalan.
“Sejauh ini bersih sih, paling cuma sampah daun, kebersihannya oke lah,” katanya. Sekilas memang tampak tidak ada sampah yang berserakan. Hanya ada beberapa sampah di pojok-pojok trotoar. Sampah berupa plastik, styrofoam, dan puntung rokok masih ditemui.
Padahal tempat sampah sebenarnya sudah tersedia di sepanjang jalur koridor Gatsu-Ngarsopuro Solo itu. “Berarti tinggal kesadaran diri orang-orang aja,” kata Reni mengomentari sampah di pojok trotoar.
Malam itu, banyak pengunjung yang hanya duduk bersantai menikmati suasana malam kota sambil berswafoto di koridor Ngarsopuro. Orang yang datang kebanyakan bersama keluarga, teman, atau pasangan.
Belum ada pedagang maupun penjual makanan di area Ngarsopuro. Yang ada hanya beberapa gerai kopi. Reni mengaku lebih suka kawasan itu tidak terlalu banyak pedagang agar lebih nyaman.
“Tapi ya jangan terlalu banyak [pedagang] ya, kalau dibilang tidak menghasilkan limbah [sampah] kayaknya juga tidak mungkin kan,” katanya. Pengunjung lain, Atun, juga mengaku lebih suka jika koridor Gatsu-Ngarsopuro Solo tanpa pedagang.
Memasuki Jl Gatot Subroto, Esposin disambut dua gapura di perempatan Pasar Pon Jl Slamet Riyadi lengkap dengan lampu sorot dan hiasan atau ornamen lain. Deretan kendaraan, motor maupun mobil, masih memenuhi bahu jalan.
Namun demikian, koridor Gatsu tampak cantik dengan kanopi artistik di sepanjang jalur pedestrian. Saat malam, lampu-lampu pada kanopi menyala warna kuning keemasan. Sementara di pintu-pintu toko yang tutup pada malama hari dipenuhi mural.
Tema mural di sepanjang koridor Gatsu-Ngarsopuro Solo beragam mulai dari tema sosial, budaya, sejarah, sampai sastra. Tampa mural bergambar para tokoh sastra besar asal Solo dari generasi ke generasi, seperti Ranggawarsita, WS Rendra, Sapardi Djoko Damono, dan Wiji Thukul.
Mural bertema tokoh politik dan peristiwa sejarah juga banyak ditemui. Salah satunya gambar Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono.
Pak Bas, sapaan akrabnya, berpose membawa gerobak angkong dan bergaya layaknya pekerja proyek lengkap dengan baju putih dan logo PUPR. Menariknya di belakang Pak Bas terdapat gambar Daendels yang merupakan mantan Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
Selain itu terdapat mural yang merekam sejarah penangkapan Diponegoro. Mural itu terinspirasi dari lukisan Raden Saleh yang berjudul Penangkapan Pangeran Diponegoro.
Berjalan kaki dari ujung utara hingga selatan Koridor Gatsu-Ngarsopuro Solo membuat perut lapar dan haus. Jika ingin makan sambil minum kopi atau menongkrong, pengunjung bisa mampir ke Coffee Shop yang ada di sepanjang koridor tersebut.
Setidaknya ada dua coffee shop di kawasan Ngarsopuro dan dua lagi di koridor Gatsu. Pengunjung gerai kopi itu didominasi anak muda yang menongkrong di depan sambil berbincang santai.
Memang mayoritas pengunjung adalah anak muda. Mereka bergerombol duduk menghadap jalan. Sesekali ada juga yang mengambil foto dan berpose di depan mural.
Koridor Gatsu-Ngarsopuro dimulai dari depan Mangkunegaran dan berakhir di depan Singosaren Plaza. Panjang total koridor tersebut kurang lebih 1 km. Para pengunjung memerlukan waktu setidaknya 15 menit berjalan kaki untuk sampai dari ujung Ngarsopuro ke ujung Gatsu.