Langganan

Wow! Harga Batik Ciprat Bikinan Disabilitas Klaten Ini Tembus Rp750.000/Potong - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Taufiq Sidik Prakoso  - Espos.id Solopos  -  Senin, 5 Desember 2022 - 18:00 WIB

ESPOS.ID - Kepala Desa (Kades) Kemudo, Kecamatan Prambanan, Hermawan Kristanto, menunjukkan salah satu produk batik ciprat karya penyandang disabilitas di Showroom UMKM Kamajaya, desa setempat, Senin (5/12/2022). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Esposin, KLATEN -- Batik ciprat karya penyandang disabilitas di Desa Kemudo, Kecamatan Prambanan hingga kini masih eksis. Bahkan, karya batik ciprat kini sudah menjadi seragam instansi.

Pengembangan batik ciprat itu dilakukan sejak setahun lalu. Sebelumnya, para penyandang disabilitas di Kemudo mendapatkan pelatihan di Balai Kartini Temanggung, Jawa Tengah yang difasilitasi Dissos P3APPKB Klaten.

Advertisement

Dari pelatihan itu, para penyandang disabilitas mulai memproduksi batik ciprat di kompleks kantor desa. Proses produksi itu didukung dan difasilitasi Pemerintah Desa (Pemdes) serta PKK Kemudo.

Kepala Desa (Kades) Kemudo, Hermawan Kristanto, mengatakan proses produksi dilakukan tiga hari dalam sepekan. Sekitar 15 penyandang disabilitas hingga kini masih eksis ikut produksi batik ciprat.

Advertisement

Kepala Desa (Kades) Kemudo, Hermawan Kristanto, mengatakan proses produksi dilakukan tiga hari dalam sepekan. Sekitar 15 penyandang disabilitas hingga kini masih eksis ikut produksi batik ciprat.

Kondisi disabilitas mereka beragam mulai dari disabilitas fisik, disabilitas intelektual, hingga orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Ada empat sukarelawan yang mendampingi para penyandang disabilitas.

Baca Juga: Keren! 4 Budaya Asli Klaten Ini Ditetapkan sebagai Warisan Tak Benda Nasional

Advertisement

“Jadi tidak bisa memaksa mereka untuk produksi. Tetap memperhatikan psikologis mereka,” ungkap Hermawan saat berbincang dengan Esposin, Senin (5/12/2022).

Namun, rata-rata para penyandang disabilitas itu mampu membikin 20 potong hingga 30 potong kain batik ciprat per hari saat produksi. Selain faktor psikologis, banyak sedikitnya batik ciprat yang diproduksi tergantung cuaca. Pasalnya, proses pengeringan menggantungkan pada sinar matahari.

Soal harga, Hermawan mengatakan bervariasi, tergantung pewarnaan mulai dari Rp120.000 hingga Rp300.000 per potong ukuran 2 meter x 1,25 meter. Bahkan, ada batik ciprat yang dibeli seharga Rp750.000 per potong lantaran menampilkan motif yang unik meskipun awalnya disangka produk gagal lantaran terguyur hujan saat dijemur.

Advertisement

Baca Juga: Mantab, Batik Ciprat Karya ODGJ dan Difabel Klaten Laris di Pasaran

“Jadi itu ada satu kain yang sudah kena hujan kemudian diberi pewarna lagi. Ternyata ada yang tertarik dan tanpa tawar menawar mau membayar Rp750.000,” kata Hermawan.

Produk batik ciprat karya penyandang disabilitas Kemudo itu banyak diminati. Para tamu yang berdatangan dari berbagai daerah, termasuk dari luar Pulau Jawa seperti Kalimantan kepincut dengan batik ciprat.

Advertisement

Pesanan pun berdatangan dari berbagai kalangan. Bahkan, ada yang sudah menggunakan batik ciprat karya penyandang disabilitas Kemudo sebagai seragam. Seperti Tim Penggerak PKK Kabupaten Klaten serta Kementerian ATR/BPN sudah memesan batik ciprat untuk seragam.

“Batik ciprat ini unik dan karya yang tidak bisa diulang. Produksi batik ciprat itu tidak ada kata gagal,” jelas dia.

Baca Juga: Saat ODGJ Klaten Bikin Batik Ciprat, Tak Ada Paksaan agar Tak Mengamuk

Selain bisa mendatangkan penghasilan bagi para penyandang disabilitas, Hermawan menjelaskan produksi batik ciprat itu menjadi salah satu media terapi mengekspresikan diri.

“Produksi ini sekaligus mengajak warga penyandang disabilitas berinteraksi dengan orang lain serta menambah kepercayaan diri mereka,” jelas dia.

Pekerja Sosial (Peksos) Dissos P3APPKB Klaten, Subandi, mengatakan batik ciprat menjadi pilihan yang dinilai paling mudah dikerjakan para penyandang disabilitas. Para penyandang disabilitas bisa secara bebas mengekspresikan karya mereka melalui pewarna yang dicipratkan pada kain.

Subandi mengatakan awalnya ada 30 penyandang disabilitas yang mendapatkan pelatihan serta produksi batik Ciprat di Kemudo. Seiring perkembangannya, saat ini ada belasan penyandang disabilitas yang masih eksis.

Baca Juga: Tekan Inflasi, Klaten Galakkan Tanam Sejuta Pohon Cabai

“Ini sekaligus menjadi terapi. Dengan membikin ini, daya ingat teman-teman penyandang disabilitas, terutama ODGJ bisa lebih tajam dan kreatif,” kata dia.

Advertisement
Ponco Suseno - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif