by Candra Septian Bantara - Espos.id Solopos - Senin, 19 Agustus 2024 - 18:19 WIB
Esposin, SOLO– UNICEF menunjuk Solo sebagai salah satu kota di Indonesia untuk melaksanakan uji coba Monitoring Information System (Sistem Informasi Pemantauan) atau biasa disebut MIS. MIS merupakan alat pemantau suara anak dalam proses perencanaan pembangunan di sebuah kabupaten atau kota.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Kantor Perwakilan UNICEF Jawa-Bali, Tubagus Arie Rukmantara dalam acara NGASHOOW DP3AP2KB TATV Senin, (19/8/2024) siang.
Menurut Arie, sapaannya, dengan adanya MIS usulan-usulan anak-anak untuk pembangunan Kota Solo akan bisa lebih mudah dipantau perkembangan dan tindak lanjut dari yang telah dilakukan oleh Pemkot. Selain itu, MIS juga menegaskan pentingnya pelibatan anak-anak dalam pembuatan kebijakan.
“Adanya MIS ini akan lebih mudah untuk men-trakking (lacak) suara atau usulan anak-anak dalam perencanaan pembangunan kota. Jadi tidak ada lagi cerita anak datang dalam musrembang, angkat tangan, dan selesai begitu saja tanpa tindak lanjut yang jelas. Karena nanti suara anak itu terpantau apakah sudah sampai tahap dokumentasi, penganggaran, pelaksanaan, eksekusi program hingga tahap evaluasi?,” terang dia.
“Adanya MIS ini akan lebih mudah untuk men-trakking (lacak) suara atau usulan anak-anak dalam perencanaan pembangunan kota. Jadi tidak ada lagi cerita anak datang dalam musrembang, angkat tangan, dan selesai begitu saja tanpa tindak lanjut yang jelas. Karena nanti suara anak itu terpantau apakah sudah sampai tahap dokumentasi, penganggaran, pelaksanaan, eksekusi program hingga tahap evaluasi?,” terang dia.
Arie menjelaskan dipilihnya Solo sebagai pilot project pelaksanaan MIS ada banyak faktor. Di antaranya Solo telah meraih predikat Kota Layak Anak 6 kali berturut-turut dengan kategori utama.
Kemudian, lanjut dia, banyak lahir anak-anak berprestasi dari Forum Anak yang mampu berbicara banyak di level nasional dan internasional. Dan berikutnya adalah Solo punya sarat akan sejarah perjuangan hak anak, mulai dari 1980-an dan menjadi kota pertama di dunia yang menyelenggarakan Konferensi Kota Layak Anak Dunia 2001.
Adanya MIS menjadi jawaban atas tantangan yang dihadapi Forum Anak Surakarta (FAS) terkait masih minimnya keberanian anak-anak Solo untuk menyuarakan pendapat atau aspirasinya. Sebagaimana yang diungkapkan Ketua FAS, Prajnaputra Priyakusuma dalam kesempatan yang sama siang itu.
"Tantangan Forum Anak Solo adalah masih banyak masyarakat atau anak anak belum berani belum speak up, atau menyampaikan mengaspirasi karena meresa takut. Tapi kami sudah mencoba mengedukasi mereka bahwa mereka punya hak-hak yang harus dipenuhi dan harus disuarakan. Apalagi Pemkot Solo terbuka untuk memfasilitasinya (lewat MIS ataupun saluran lainnya)," kata dia.
Dilansir dari laman suaramakna.kemenpppa.go.id MIS adalah bentuk nyata hak partisipasi anak dan remaja sebagaimana yang tertuang dalam PermenPPPA Nomor 12 tahun 2015 tentang Partisipasi Anak dalam Perencanaan Pembangunan dan PermenPPPA Nomor 1 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Forum Anak.. MIS diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran mengenai partisipasi remaja yang bermakna dalam proses pengambilan keputusan dan pengambilan kebijakan di Indonesia.
Di dalam MIS terdapat dua komponen: survei paska Musrenbang lewat Whatsapp dan Telegram, serta aplikasi suaramakna.id dan suaramakna.kemenpppa.go.id untuk melakukan pemantauan suara anak dalam perencanaan pembangunan. MIS juga terbuka bagi masyarakat umum bisa melihat hasil survei tentang pendapat dan pengalaman anak ketika mengikuti Musrenbang yang ada di kabupaten atau kota di Indonesia.