by Ayu Abriyani K.p Jibi Solopos - Espos.id Solopos - Jumat, 18 Desember 2015 - 19:40 WIB
Esposin, SOLO--Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Solo memberangkatkan lima keluarga yang terdiri atas 27 jiwa ke Luwu Utara, Sulawesi Selatan (Sulsel), Kamis (17/12/2015). Mereka adalah warga Solo yang mengikuti program transmigrasi 2015.
Sebelum ke Luwu Utara, mereka menginap semalam di Provinsi Jawa Tengah, lalu pada Jumat (18/12/2015) berangkat ke Surabaya untuk naik kapal sehari semalam menuju Sulawesi. Diperkirakan, pada Minggu (20/12/2015), para transmigran bisa sampai di Sulsel. Selanjutnya mereka diantar ke lokasi penempatan.
"Sebenarnya tahun ini ada 13 keluarga yang akan diberangkatkan ke Sulsel. Dari jumlah itu, 10 keluarga merupakan kuota dari pemerintah pusat, sedangkan tiga lainnya sisa kuota dari Kota Semarang yang hanya bisa memberangkatkan dua keluarga. Untuk tiga keluarga itu, mereka tidak mendapat bantuan dari kami karena tidak masuk anggaran. Tapi, mereka tetap mendapat bantuan dari pemerintah pusat untuk kebutuhan saat di lokasi penempatan," kata Kasi Ketransmigrasian Dinsosnakertrans, Miske, saat ditemui Esposin di ruang kerjanya, Jumat (18/12/2015).
Dari 13 keluarga itu, lima keluarga diberangkatkan ke Luwu Utara dan delapan keluarga ke Takalar. Namun, untuk delapan keluarga belum bisa diberangkatkan karena masih menunggu Surat Terima Kesiapan (STK) dari Pemerintah Provinsi Sulsel.
Dari informasi yang diperoleh dinas, masih ada permasalahan teknis di lokasi yakni ketersediaan air bersih terutama pada musim kemarau.
"Kemungkinan besar pemberangkatannya awal tahun depan karena ini sudah akhir tahun anggaran. Belum lagi pengurusan administrasinya," ujarnya.
Di sisi lain, terkait minat warga Solo yang mengikuti program tersebut, hingga tahun ini ada 79 keluarga yang tercatat dalam daftar tunggu. Mereka memiliki minat yang berbeda seperti ke Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Namun, untuk saat ini lokasi yang representatif adalah di Sulawesi karena lahannya potensial, aman, dan akses lokasinya cukup mudah.
Miske menyatakan daftar tunggu calon transmigran itu cukup banyak karena mereka tertarik akan keberhasilan transmigran di lokasi penempatan. Jadi, lanjut dia, para peserta transmigran mayoritas adalah keluarga transmigran terdahulu yang tidak memiliki rumah dan pekerjaan tetap.
"Kami tetap menerapkan seleksi ketat karena program transmigrasi perlu minat yang kuat dari pesertanya. Kami tidak ingin mereka main-main sehingga bisa kembali semaunya ke kampung halaman," imbuh Miske.
Terpisah, Kepala Dinsosnakertrans Solo, Sumartono Kardjo, mengatakan kuota peserta transmigrasi ditentukan pemerintah pusat. Semakin sedikitnya kuota tersebut dipengaruhi keterbatasan lahan dan kondisi daerah tujuan.
"Sebenarnya, tahun depan ada rencana dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk investasi program transmigrasi secara mandiri. Hal itu untuk memfasilitasi daftar tunggu calon transmigran di wilayah Jawa Tengah. Tapi, kami belum bisa mengikuti program itu karena belum tahu mekanismenya secara detail. Selain itu, anggarannya juga tinggi karena sistem sharing dari provinsi dan daerah," jelasnya saat dihubungi Esposin, Jumat.