by Taufiq Sidik Prakoso - Espos.id Solopos - Kamis, 23 Februari 2023 - 20:00 WIB
Esposin, KLATEN -- Tradisi sadranan atau ruwahan di Makam Sunan Pandanaran, Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten, dipastikan digelar lagi pada tahun ini setelah tiga tahun sebelumnya ditiadakan gara-gara pandemi Covid-19.
Tradisi itu menjadi agenda rutin yang digelar pada bulan Ruwah penanggalan Jawa atau menjelang Bulan Pasa atau Ramadan. Kepala Desa (Kades) Paseban, Eko Triraharjo, menjelaskan tradisi sadranan di Makam Sunan Pandanaran rutin digelar saban tanggal 27 Ruwah penanggalan Jawa.
Sesuai penanggalan, tanggal 27 Ruwah jatuh pada 20 Maret 2023. Sedangkan rangkaian acara sudah dimulai sejak sepekan sebelumnya. “Sepekan sebelumnya kalau tidak salah pada Selasa [14/3/2023] ada proses mengganti mori. Kemudian pada malam 27 Ruwah ada midodareni menampilkan laras madya dan macapat,” kata Eko saat ditemui Esposin di kantor Desa Paseban, Rabu (22/2/2023).
Kemudian pada 27 Ruwah, Eko melanjutkan ada arak-arakan ke makam. Sorenya ada kesenian reog kemudian malamnya wayangan. Sadranan atau ruwahan di Makam Sunan Pandanaran Klaten sudah menjadi tradisi turun temurun.
Kemudian pada 27 Ruwah, Eko melanjutkan ada arak-arakan ke makam. Sorenya ada kesenian reog kemudian malamnya wayangan. Sadranan atau ruwahan di Makam Sunan Pandanaran Klaten sudah menjadi tradisi turun temurun.
Pada 27 Ruwah, warga menggelar sadranan. Siangnya, warga biasa menggelar sadranan di wilayah masing-masing. Eko menjelaskan tradisi itu kembali digelar setelah tiga tahun ditiadakan karena pandemi Covid-19.
Tak hanya tradisi yang ditiadakan, Makam Sunan Pandanaran juga sempat ditutup dan tidak menerima pengunjung selama beberapa waktu. Bulan Ruwah menjadi salah satu bulan puncak kunjungan peziarah ke Makam Sunan Pandanaran.
Salah satu warga yang membuka usaha warung soto di dekat halaman parkir makam Sunan Pandanaran, Eny Mariyani, 45, menjelaskan kunjungan peziarah mulai kembali normal sekitar dua tahun terakhir.
Dia berharap Ruwah kali ini lebih meriah dibandingkan Ruwah tahun lalu. “Kalau Ruwah tahun lalu itu sangat ramai. Saya sampai menolak-nolak pembeli. Itu ramai selama satu bulan penuh,” kata Eny.
Ramainya pengunjung saat Ruwah tahun lalu membuat omzetnya terdongkrak. Saat itu, dia bisa meraih omzet Rp2 juta per hari dari biasanya Rp200.000 per hari. dia berharap Ruwah kali ini kunjungan peziarah lebih ramai dan dagangannya lebih laris.
Salah satu pemilik penginapan, Ny Lambang, 52, juga mengakui ada peningkatan jumlah peziarah yang berdatangan ke makam Sunan Pandanaran. “Penginapan saya sudah ada yang memesan untuk tanggal 25 Februari nanti. Kalau yang dari luar kota biasanya memesan dulu. Banyak yang dari Lampung, Sidoarjo, dan lain-lain,” kata Lambang.