Langganan

Tiji Tibeh Wasiat Raden Mas Said ke Penerus Mangkunegaran - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Chelin Indra Sushmita  - Espos.id Solopos  -  Minggu, 6 Maret 2022 - 10:53 WIB

ESPOS.ID - Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I [Raden Mas Said]

Esposin. SOLO – Raden Mas Said, pendiri Kadipaten Praja Mangkunegaran memiliki wasiat berupa tri dharma yang mesti dilaksanakan penerusnya. Tri Dharma itu merupakan gambaran semangat perjuangannya yang dilandasi prinsip tiji tibeh, mati siji mati kabeh, mukti siji mukti kabeh.

Semboyan ini memiliki makna bahwa Raden Mas Said dan pengikutnya akan saling bekerja sama membangun kesetiaan untuk berjuang mencapai kemenangan, hasilnya Praja Mangkunegaran sebagai “rumah bersama.”

Advertisement

Baca juga: Wow! Mangkunegaran Solo Dulu Kaya Raya Lho, Apa Saja Asetnya?

Pada masa kepemimpinannya, Raden Mas Said selaku Mangkunagoro I membangun budaya polisik baru yang memadukan budaya Mataram dan pengalamannya bergerilya selama 24 tahun. Dalam budaya politik Mataram, negara menyatu dengan raja. Dalam budaya Mataram, raja adalah Khalifatullah yang dapat disejajarkan dengan wakil Tuhan di dunia. Sebagai wakil Tuhan, sang penguasa memilik jarak sosial dengan rakyat.

Sementara itu dilansir dari situs resmi Pura Mangkunegaran, Kamis (3/3/2022), dalam budaya politik Mangkunegaran, keberadaan penguasa terjadi karena rakyat. Sehingga raja dan rakyat mesti bersatu, sebagaimana pengalaman Raden Mas Said melawan penjajah belanda bersama 18 pengikut setianya.

Advertisement

Baca juga: Wasiat Raden Mas Said, Ini Tri Dharma Penguasa Mangkunegaran

Tri Dharma

Berdasarkan cerminan perjuangan Raden Mas Said, budaya politik yang dikembangkannya adalah Tri Dharma atau tiga kebaktian. Tri Dharma itu meliputi, mulat sarira hangrasawani, rumangsa melu handarbeni, dan melu hangrungkebi.

Mulat sasrira hangrasawani merupakan candrasengkala tahun pendirian Mangkunegaran yaitu 1682 Saka atau 1757 Masehi. Mulat sarira artinya memahami diri sendiri dengan cara introspeksi diri agar mampu mengatasi berbagai hambatan yang menghalangi perbaikan pribadi. Mulat sarira bukan hanya sebagai semboyan, tetapi juga menjadi pedoman utama bagi rakyat saat mendirikan Praja Mangkunegaran.

Baca juga: Sejarah Pura Mangkunegaran Solo, Berdiri 265 Tahun

Advertisement

Selanjutnya rumangsa melu handarbeni. Semboyan ini disampaikan oleh Raden Mas Said setelah dinobatkan menjadi Mangkunegara I. Prinsip ini disampaikan Mangkunegara I kepada para pengikutnya untuk diteruskan kepada keturunan dan rakyat di tlatah Mangkunegaran.

Melalui cara ini, Mangkunagoro I berupaya menyadarkan kepada para pengikut dan rakyatnya bahwa Mangkunegaran adalah milik bersama sebagai tempat memperoleh sumber kehidupan dari tanah yang berada di tlatah Mangkunegaran.

Baca juga: Ini Alasan Bhre Cakrahutomo Dipilih Jadi Penerus Mangkunegaran

Ketiga yaitu melu hangrungkebi. Dalam ajaran ini antara raja dengan rakyat bersama-sama berkewajiban mempertahankan Praja Mangkunegaran. Telah ada kesepakatan untuk merasa memiliki yang dilandasi pada pemikiran di masa perjuangan, maka semua rakyat Mangkunegaran wajib berjuang mempertahankan Praja Mangkunegaran jika diserang musuh. Azas ketiga ini merupakan embrio lahirnya nasionalisme di Nusantara.

Advertisement
Chelin Indra Sushmita - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif