by Taufiq Sidik Prakoso - Espos.id Solopos - Jumat, 2 Oktober 2020 - 21:11 WIB
Esposin, KLATEN -- Perayaan tradisi Yaa qowiyyu, Kecamatan Jatinom, Klaten, tahun ini jauh berbeda ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Berlangsung saat masa pandemi Covid-19, acaranya sangat sederhana dengan penerapan protokol kesehatan ketat, Jumat (2/10/2020).
Tak ada arak-arakan gunungan apam dari Masjid Gede Jatinom menuju Lapangan Klampeyan seusai Salat Jumat. Begitu juga tetabuhan rebana mengiringi arak-arakan.
Kerumunan warga yang biasanya uyuk-uyukan ratusan ribu warga berebut memenuhi lapangan Klampeyan juga tidak ada. Riuh warga berebut apam pun tak terdengar pada perayaan setiap bulan Safar itu.
Muncul Klaster Kuliner Rumah Makan Ayam Goreng Di Sukoharjo, 11 Orang Positif Covid-19
Muncul Klaster Kuliner Rumah Makan Ayam Goreng Di Sukoharjo, 11 Orang Positif Covid-19
Perayaan tradisi Yaa qowiyyu Klaten tahun ini berlangsung dengan jumlah orang terbatas terdiri dari tokoh masyarakat, santri, hingga pejabat. Puncak perayaan yang biasanya di Lapangan Klampeyan berpindah ke kompleks makam Kyai Ageng Gribig.
Mereka yang bisa masuk kompleks makam selama acara berlangsung hanya sekitar 50 orang mengenakan ID card khusus dan pakai masker. Selebihnya, warga mengikuti tradisi melalui live streaming.
Ini 2 SMA/SMK Solo Yang Akan Gelar Simulasi Pembelajaran Tatap Muka
Selepasnya, Jamaludin yang memerankan sosok Kyahi Ageng Gribig menyampaikan pesan-pesan. Kegiatan berakhir dengan membagikan apam kepada para santri dan rombongan pejabat. Apam pada wadah tampah dibagikan ke satu per satu tamu.
Sekretaris Umum dan Narasumber Pengelola Pelestari Peninggalan Kyahi Ageng Gribig (P3KAG), Mohammad Daryanta, menjelaskan meskipun sederhana tanpa ada sebaran apam, perayaan tradisi Yaa qowiyyu tahun ini tak hilang dari esensinya.
Kantor DLH Sukoharjo Tutup Karena Covid-19, Bagaimana Nasib Pengangkutan Sampah?
Justru, tradisi Yaa qowiyyu Klaten tahun ini mengingatkan kembali kepada sejarah awal tradisi itu bermula empat abad silam. Kala itu, Kyahi Ageng Gribig sampai Jatinom dari pulang berhaji pada Jumat Pahing, 17 Sapar 1541 Saka atau 1619 Masehi.
Selepas Salat Jumat lalu zikir dan tahlil, Kyahi Ageng Gribig membagikan oleh-oleh berupa apam kepada para santrinya. “Sebenarnya esensi masih sama. Yang membedakan yakni tidak ada perayaan sebaran apam melibatkan ribuan orang. Perayaan lebih sederhana,” kata Daryanta saat kepada wartawan seusai perayaan.
Yang penting, lanjut Daryanta, simbol berupa apam yang maknanya afuwwun atau pengampunan tetap ada. Inti dari perayaan ini yakni saling memaafkan dan berserah diri kepada Sang Pencipta.
1.473 Warga Klaten Terjaring Razia Masker, Banyak Tenaga Untuk Bersihkan Fasilitas Umum Dong!
Meski tak ada tradisi sebaran apam pada perayaan Yaa Qowiyyu kali ini, Daryanta mengatakan warga Jatinom, Klaten, tetap membuat apam dan menyerahkannya ke panitia. Hanya, sumbangan apam dari masyarakat tahun ini tak sebanyak tahun sebelumnya.
Tahun ini, sumbangan apam sekitar 500 kg dari biasanya bisa mencapai 7 ton. Penjabat sementara (Pjs) Bupati Klaten, Sujarwanto Widiatmoko, mengapresiasi pelaksanaan tradisi Yaa qowiyyu tahun ini dengan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 secara ketat.
Sebelumnya, ia sudah mewanti-wanti panitia agar tradisi itu mematuhi protokol kesehatan dan acaranya sederhana saja tanpa kehilangan esensi tradisi tersebut.
Sementara itu, ada sejumlah warga yang tetap berdatangan ke makam Kyahi Ageng Gribig meski sudah ada pengumuman tradisi Yaa qowiyyu tahun ini tidak ada ramai-ramai. Tak hanya warga Klaten, ada rombongan yang datang dari luar daerah seperti Purwodadi, Demak, dan daerah lainnya.