by Ponco Suseno - Espos.id Solopos - Sabtu, 11 Desember 2021 - 13:21 WIB
Esposin, KLATEN — Langgeng Wijoyo, 11, diarak keliling kampungnya di Dukuh Kemiri RT 013/RW 007, Desa Kemiri, Kecamatan Tulung, Klaten Sabtu (11/12/2021) pagi. Setelahnya, putra bungsu dari pasangan Edi Mulyono dan Giyem itu dimandikan dengan mandi kembang di Sendang Gondang yang ada di kampung tersebut.
Mandinya pun bukan mandi biasa, siswa di kelas V SDN II Kemiri itu melakukan ritual mandi kembali yang dilanjutkan tebar benih ikan. Apa sebab ia melakukan itu semua? Rupanya Langgeng akan disunat. Sunat merupakan prosesi sakral bagi sebagian orang karena menjadi simbol sang anak memasuki masa balig.
Di Desa Kemiri, setiap anak yang akan disunat wajib melakukan apa yang dijalani Langgeng. Tradisi unik itu masih dijaga sampai sekarang.
Tradisi ini diawali dengan sungkeman. Langgeng diminta sungkem kepada orang tuanya di depan ruma. Selanjutnya, orang tua Langgeng mengajaknya berkeliling kampung menuju Sendang Gondang. Lokasi sendang tersebut berada di ujung barat Dukuh Kemiri. Saat diarak keliling kampung, Langgeng didampingi para sesepuh desa, kawula muda, dan teman-teman sebayanya. Hal ini menandakan lingkungan di Kemiri berlangsung guyub rukun dan damai.
Baca Juga: Penyuluh KUA Rela Rogoh Kocek Pribadi demi Bekali Pengamen Ilmu Agama
Tradisi ini diawali dengan sungkeman. Langgeng diminta sungkem kepada orang tuanya di depan ruma. Selanjutnya, orang tua Langgeng mengajaknya berkeliling kampung menuju Sendang Gondang. Lokasi sendang tersebut berada di ujung barat Dukuh Kemiri. Saat diarak keliling kampung, Langgeng didampingi para sesepuh desa, kawula muda, dan teman-teman sebayanya. Hal ini menandakan lingkungan di Kemiri berlangsung guyub rukun dan damai.
Baca Juga: Penyuluh KUA Rela Rogoh Kocek Pribadi demi Bekali Pengamen Ilmu Agama
Tiba di Sendang Gondang, Langgeng beserta rombongan memanjatkan doa agar diberi kelancaran selama menjalankan khitan alias sunat. Berikutnya, Langgeng menebar 10 kilogram ikan di Sendang Gondang. Ada tiga jenis ikan yang ditebar, di antaranya nila merah dan bawal.Setelah itu giliran sang ayah, Edi Mulyono, menebar kembang mawar di sendang tersebut. Begitu permukaan air sendang sudah hampir penuh dengan kembang mawar merah, Langgeng langsung menceburkan diri. Tradisi ini simbol untuk menyucikan diri sebelum disunat.
"Anak ini saya gendong untuk mengurangi rasa sakitnya saat disunat nanti. Biar sakitnya ke saya saja. Ini tradisi turun-temurun di sini. Kami masih nguri-uri budaya Jawa ini," kata Edi, 44.
Baca Juga: Pemkab Klaten Pertimbangkan Tutup Alun-Alun saat Malam Tahun Baru
Langgeng akan disunat di Boyolali. Lima hari setelah Langgeng dikhitan, Edi akan menanam tanaman di Sendang Gondang dengan harapan airnya akan terus mengalir. "Dengan cara seperti ini, kami berharap di sendang ini ora pedot banyune. Sendang kami tebari ikan dan di sekitarnya kami tanami pohon agar sumber airnya tetap terjaga," katanya.
"Kegiatan seperti ini memang sudah menjadi tradisi sejak zaman embah-embah dulu. Ini kegiatan positif. Ini bagian dari nguri-uri budaya Jawa. Kalau bukan kita, siapa lagi? Sendang Gondang itu merupakan satu dari tujuh sendang yang ada di Kemiri," katanya.
Baca Juga: 4 ABG Geng Broken Brain Klaten Ternyata Komplotan Begal
Hal senada disampaikan salah seorang sesepuh di Dukuh Kemiri, Sudino, 63. Ketua RT 013 ini mengaku melakukan hal yang sama seperti Langgeng saat disunat dulu, yakni mandi di Sendang Gondang."Di sini, anak yang disunat memang ada acara mandi di sendang seperti itu. Saat saya tetak [disunat] juga ke sana [mandi di Sendang Gondang]," katanya.
Sementara itu, Langgeng mengaku sangat senang dapat melestarikan budaya Jawa di desanya. "Saya tidak takut untuk disunat. Saya berharap, semoga cepat sembuh dan sehat," kata si bocah tersebut.