Langganan

Solo Berkain Keliling Solo, Menyusuri Kota Bengawan Banyak Pengalaman - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Ahmad Kurnia Sidik  - Espos.id Solopos  -  Sabtu, 6 Juli 2024 - 23:33 WIB

ESPOS.ID - Peserta Solo Berkain Keliling Solo saat jalan-jalan di Pasar Gede, Solo, Sabtu (6/7/2024) siang. (Solopos.com/ Ahmad Kurnia Sidik).

Esposin, SOLO -- Keseruan tampak meliputi wajah-wajah peserta Solo Berkain Keliling Solo yang berjumlah 30 orang pada Sabtu (6/7/2024) siang tadi.

Acara jalan-jalan yang digelar Solopos Media Grup dengan kolaborasi bersama Pisalin, Lokananta Bloc, Sawahita, Dinas Perdagangan (Disdag) Solo, serta Dinas Perhubungan (Dishub) Solo itu dimulai dari Griya Solopos di Jl. Adi Sucipto, Karangasem, Laweyan, Solo, sekitar pukul 12.30 WIB.

Advertisement

Sebelumnya berangkat, para peserta terlebih dahulu mengenakan kain bermotif tradisional dengan beragam warna, seperti merah, hijau, cokelat, biru, hitam, kuning, dan sebagainya.

Mode penggunaan kainnya juga beragam tergantung keinginan tiap-tiap peserta.

Solo Berkain Keliling Solo tidak sekadar acara bermain semata.

Selain merawat eksistensi wastra nusantara, acara itu juga sebagai salah cara mengenalkan destinasi wisata di Solo, sebagai wadah saling kenal para pencinta kain dari berbagai daerah, serta tidak ketinggalan sebagai ajakan untuk menggunakan transportasi umum yang tersedia.

Ketiga puluh peserta itu berangkat bersama menggunakan sebuah bus Batik Solo Trans (BST) menuju Pasar Gede.

Di pasar yang dibangun pada 1920-an itu mereka bebas menelusuri jalan sempit sambil berdesakan dengan pengunjung pasar.

Mereka melihat langsung kondisi pasar, mencium aroma khas pasar yang tiap beberapa langkah berubah-ubah, serta berinteraksi dengan para penjual di pusat transaksi tradisional itu.

Advertisement

Tak lupa para peserta mencicipi beberapa makanan tradisional yang dijual di Pasar Gede, seperti kolang-kaling, lenjongan atau jajanan pasar yang terbuat dari singkong, serta empon-empon atau rempah-rempah.

Setelah puas mencicipi beragam makanan tradisional dan berdesakan dengan pengunjung Pasar Gede, para peserta melanjutkan jalan-jalan menggunakan BST menuju salah satu landmark bersejarah yang ada di Solo, yakni Lokananta.

Karena memang Lokananta merupakan bangunan yang dulunya difungsikan sebagai studio rekaman, para peserta di situ diajak untuk mendengar lagu-lagu lawas hasil rekaman Studio Lokananta.

Tidak diperkenankan berinteraksi satu sama lain, apalagi bermain handphone selama tiga lagu lawas itu diperdengarkan menggunakan piringan hitam atau vinyl.

“Tidak sejernih [musik] digital, memang. Tapi, maksud utamanya pemutaran lagu itu ialah mengenal sejarah musik Indonesia yang tidak kalah dengan negara luar, seperti Amerika, Eropa, dan sebagainya,” kata Manajer Lokananta Record Store, Zafier Gustia seperti dikutip Esposin.

Peserta Solo Berkain Keliling Solo saat berada di Lokananta, Sabtu (6/7/2024) sore. (Esposin/ Ahmad Kurnia Sidik).

Zafier, sapaan akrabnya, memilih lagu Mari Bersuka Ria dengan irama Lenso dan Ajo Mama. Lagu-lagu yang sarat nilai sejarah.

Advertisement

Mari Bersuka Ria dengan irama Lenso, Zafier menerangkan, merupakan satu lagu sebagai bukti pada dekade 1950-an pernah ada upaya penyingkiran lagu-lagu rock, cha-cha, serta mambo dari pendengar di Indonesia.

Lagu-lagu itu disebut oleh Presiden Soekarno dan kemudian dikenal luas pula sebagai musik ngak, ngak, ngok.

Ajo Mama tak kalah menariknya karena lagu itu merupakan suvenir pada acara Asian Games IV yang digelar di Jakarta pada 1962 silam.

“Bung Karno yang menginisiasi lagu itu untuk diciptakan, direkam di Lokananta ini, dan kemudian disebarluaskan. Karena itu, penting untuk teman-teman ketahui bahwa kita punya sejarah musik yang menarik,” pungkasnya.

Solo Berkain Keliling Solo kemudian diakhiri dengan sesi bertukar cerita baik oleh penyelenggara maupun peserta.

Peserta Solo Berkain Keliling Solo berfoto di pinggir Jl. Slamet Riyadi, Sabtu (6/7/2024) siang. (Esposin/ Ahmad Kurnia Sidik).

Melalui sesi ini diketahui bahwa peserta acara siang itu bukan hanya anak muda dari Solo, tapi juga dari luar Solo, termasuk anak muda asal Ponorogo, Jawa Timur, Afan Dani Gustino, 15, misalnya.

Advertisement

Kepada Esposin, Afan mengaku baru pertama jalan-jalan di Solo.

Bersama dua orang temannya ia menuju Solo untuk menjadi peserta Solo Berkain Keliling Solo.

“Biasa kalau main, langsung ke Jogjakarta atau ke Semarang, Malang. Enggak pernah ke Solo karena dulu sebelumnya saya berpikir sama aja Solo dengan Jogja,” kata dia saat berbincang dengan Esposin di Lokananta, Sabtu sore.

Dengan menjadi salah satu peserta siang itu, Afan menyampaikan dugaannya selama ini agak keliru.

Karena rupanya Solo, kata dia, memiliki corak tersendiri dan berbeda dengan daerah yang pernah ia kunjungi sebelumnya.

“Baru kali ini melihat jualan empon-empon seperti itu rupanya. Di Pasar Gede. Dan baru kali ini juga tahu ada Lokananta, studio rekaman bersejarah. Cukup puas, karena pengalaman saya jadi bertambah karena acara ini,” pungkasnya.

Hal yang hampir sama disampaikan anak muda asal Jogjakarta, Angelin Louisa Bethania, 24.

Advertisement

Kepada Esposin ia mengaku ke Solo hanya untuk mengikuti Solo Berkain Keliling Solo.  Angelin datang bersama dua orang temannya.

“Sehari-hari sebagai mahasiswa, lanjut S2 di Jogjakarta. Tapi selain itu juga membatik, sebagai pemandu workshop membatik di museum Sono Budoyo,” kata Angelin.

Karena itu pula ia rela dan merasa senang bisa terlibat sebagai peserta di Solo Berkain Keliling Solo.

Gadis itu sudah beberapa kali ke Kota Bengawan namun baru kali pertama mencicipi minuman berbahan rempah.

Oleh pemilik Sawahita, Emilia Raditya, para peserta memang diberi pengalaman mencicipi minuman yang diraciknya sendiri.

Setidaknya ada tiga minuman yang dihidangkan sore itu.

Pertama minuman berbahan temulawak, jahe, lemon.

Advertisement

Rasanya asam yang segar yang diikuti dengan rasa khas temulawak. Warnaya oranye, dengan aroma manis yang kuat.

Kedua, minuman berbahan dasar beras kencur, dan bahan khusus Sawahita.

Rasanya, manis di awal kemudian muncul rasa pedar khas kencur. Aroma minuman berwarna kecokelatan itu kuat akan beras kencurnya.

Ketiga, minuman berbahan apel hijau, cabai, dan daun mint.

Ada tiga rasa berlapis saat dicicipi. Awalnya sedikit asam yang keluar, diikuti pedas, dan mint yang cukup kuat di bagian akhir.

Aromanya lebih kuat mint. Warnanya kehijauan.

Akar wangi, kencur. Peserta mencicipi minuman rempah yang dibuat oleh sawahita sekalian mengenal rempah dengan cara melihat, mencium, dan menyentuh langsung bahan-bahan.

Advertisement

“Saya ingin mengajak teman-teman semua merasakan hasil bumi. Bukan berarti yang lain tidak hasil bumi. Tapi, ketiga minuman itu jauh lebih singkat proses pembuatannya daripada minuman lain, karena itu rasa khas buminya, rempah-rempahnya terasa masih asli,” kata Emil, sapaan akrabnya.

Dengan berakhirnya icip-icip minuman rempah berakhir pula acaranya. Solo Berkain Keliling Solo sekali perjalanan memberi banyak pengalaman.

Advertisement
Abu Nadzib - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif