by Nimatul Faizah - Espos.id Solopos - Rabu, 31 Januari 2024 - 16:09 WIB
Esposin, BOYOLALI -- Komisi Pemilihan Umum (KPU) Boyolali menggelar simulasi kedua pencoblosan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 14, Dukuh Kuncen, Desa Winong, Kecamatan/Kabupaten Boyolali, Rabu (31/1/2024).
Dalam simulasi pencoblosan di tempat tersebut, masih ada warga lanjut usia (lansia) yang membutuhkan waktu lebih dari 10 menit di bilik suara. Salah satu pemilih lansia yang mengikuti simulasi, Sastro Surabi, 86, menghabiskan waktu sekitar 10 menit 21 detik.
Ia mengaku sebenarnya tidak kesulitan dalam mencoblos. "Ini surat suaranya besar, yang sulit itu waktu melipat [surat suara] keliru, jadi harus diulang. Pas membuka bisa,” kata dia saat ditemui wartawan di TPS 14 Kuncen.
Sastro menjelaskan saat simulasi pencoblosan ia tidak memerlukan pendamping karena merasa segar dan sehat. Di usianya yang senja, Sastro mengaku masih aktif bekerja di ladang.
Sastro menjelaskan saat simulasi pencoblosan ia tidak memerlukan pendamping karena merasa segar dan sehat. Di usianya yang senja, Sastro mengaku masih aktif bekerja di ladang.
Sementara itu, Koordinator Divisi Teknis Penyelenggaraan KPU Boyolali, Wakhid Thoyib, menanggapi masih adanya pemilih yang membutuhkan waktu lebih dari 10 menit di bilik suara.
Wakhid menjelaskan untuk memotong waktu di bilik, KPU akan memaksimalkan tugas KPPS untuk menyosialisasikan tentang tata cara proses pemungutan suara.
Lebih lanjut, Wakhid menyampaikan kegiatan simulasi pemantapan pencoblosan di TPS 14 Winong, Boyolali, meliputi tahapan pemungutan, perhitungan, dan rekapitulasi surat suara Pemilu 2024.
Dengan begitu, nantinya bisa dilihat partisipasi masyarakat dalam simulasi pemantapan. Hal tersebut tentu berbeda dengan simulasi tahap I di Jeruk, Selo, yang mayoritas masyarakatnya petani.
Lebih lanjut, Wakhid menilai antusiasme masyarakat sangat luar biasa. Para pemilih sudah berdatangan sejak pukul 07.15 WIB untuk mengikuti simulasi pencoblosan. Sedangkan para anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dan saksi datang pukul 06.30 WIB
“Tujuan simulasi ini adalah untuk mengedukasi masyarakat, khususnya pemilih, agar mereka tahu tata cara pemilihan, urutannya bagaimana. Jadi mereka paham, baik itu pemilih maupun petugasnya,” kata dia.
Selanjutnya, dengan simulasi itu, Wakhid berharap hal-hal yang tidak diinginkan sedapat mungkin dihindari. Ia mencontohkan jaringan Internet di TPS bisa dicek dan dicari solusinya.
Ia juga menyoroti akses difabel pengguna kursi roda yang sudah ada di TPS 14 Kuncen, Winong, Boyolali, berupa jalan miring menuju ke TPS. Wakhid mengatakan ada tiga pemilih difabel di TPS 14.
Kemudian, terkait surat suara untuk calon presiden-calon wakil presiden (capres-cawapres) yang pada simulasi pertama hanya ada dua calon dan sempat menimbulkan protes di luar sana, pada simulasi tahap II terdapat empat calon. Partai-partai yang diusung pun diubah jadi nama buah-buahan.
“Surat suara untuk simulasi ini dari KPU RI, kami hanya menerima spesimen dan logistiknya,” kata dia.