by Luthfi Shobri Marzuqi - Espos.id Solopos - Minggu, 4 Desember 2022 - 17:29 WIB
Esposin, WONOGIRI -- Di tengah keriuhan migrasi televisi (TV) analog ke digital, terdapat kalangan warga di Wonogiri yang mengaku tak terpengaruh. Mereka bukannya khawatir tak bisa menonton TV, tapi memang memilih beralih menggunakan ponsel pintar.
Siti, warga Desa Manjung, Kecamatan Wonogiri, memajang TV tabung di ruang tamu di kediamannya. Di bagian belakang TV-nya masih terpasang kabel colokan yang mengarah ke antena ultra high frequency (UHF).
Antena itu terpasang dengan ketinggian sekitar 10 meter dari permukaan tanah. Ia mengaku, semua perangkat mulai dari TV, kabel, dan antena, masih aktif. Namun sejak dua tahun belakangan, Siti memilih tak menonton TV-nya lagi.
"Sudah dua tahun TV-nya mati karena memang enggak ditonton. Sekarang biasanya pakai HP [handphone/ponsel pintar]," ujarnya kepada Esposin, Jumat (2/12/2022).
"Sudah dua tahun TV-nya mati karena memang enggak ditonton. Sekarang biasanya pakai HP [handphone/ponsel pintar]," ujarnya kepada Esposin, Jumat (2/12/2022).
Siti dan keluarganya kini lebih banyak menggunakan HP dibandingkan menyetel televisi di rumahnya. Segala kebutuhan hiburan telah didapatkan dari perangkat yang bisa digenggam dan dibawa ke mana saja.
Baca Juga: Wonogiri Terhindar dari Penghentian Siaran TV Analog, Warga Masih Waswas
Jika warga di berbagai tempat di Solo dan sekitarnya beberapa hari ini dihebohkan dengan analog switch off (ASO) atau penghentian siaran TV analog, Siti tak demikian. Ia tak berencana membeli set top box (STB).
"Karena enggak pernah nonton TV. Digital pun enggak mau," katanya.
Hal senada disampaikan Yunita, warga Desa Manjung lainnya. Ia dan keluarganya lebih banyak menonton hiburan via HP daripada menyetel TV. Bedanya dengan Siti, TV di rumahnya tak mengandalkan pancaran sinyal UHF, melainkan satelit. Yunita menggunakan antena parabola untuk menangkap sinyal tersebut sejak 2019.
Baca Juga: Migrasi TV Digital, Ini Cara dan Syarat Mendapatkan STB Gratis Kominfo
"Total beli dan pasangnya dulu Rp2 juta. Biar channel-nya banyak. Tapi sekarang juga jarang pakai TV. Lebih banyak pakai HP," kata dia kepada Esposin, Jumat.
TV di rumahnya lebih banyak ditonton anaknya semata wayang. Itu pun hanya di waktu pagi, sesudah bangun tidur.
"Kalau buat nonton sepak bola atau olahraga tinju, suami saya nonton pakai HP," imbuhnya.